BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 17.508 pulau dengan panjang garis pantai sepanjang 81.000 km dan luas laut sekitar 3,1 juta km2 (0,3 juta km2 perairan teritorial, dan 2,8 juta km2 perairan Nusantara) atau 62% dari luas teritorial. Berdasarkan UNCLOS 1982 (United National Convention on the Law Of Sea 1982), Indonesia diberi hak berdaulat (Sovereign right) memanfaatkan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) seluas 2,7 juta km2 yang menyangkut eksploitasi dan pengolahan sumber daya hayati dan non hayati. Batas terluar dari ZEE ini adalah 200 mil dari garis pangkal pada surut rendah atau low Water. (Rokhmin Dahuri, 2004)
Wilayah pesisir dan lautan Indonesia terkenal dengan kekayaan dan keanekaragaman sumber daya alamnya, baik sumberdaya hayati (perikanan, mangrove, dan terumbuh karang) maupun non hayati (minyak bumi, gas, mineral dan barang tambang lainnya) Indonesia terkenal sebagai Negara kaya akan keanekaragaman hayati (Biodiversty) laut terbesar di Dunia.
Udang merupakan salah satu subsektor perikanan yang banyak memberikan devisa Negara selain migas, oleh sebab itu udang merupakan sasaran target (target spesies) yang cukup penting dari usaha penangkapan di lautan. Di Indonesia terdapat lebih dari 83 jenis udang yang termasuk family Penaidea yang menyebar sepanjang pantai, diantara jenis yang ada sebagian kecil yang dimanfaatkan sebagai hasil perikanan laut di Indonesia, jenis udang yang mempunyai nilai ekonomis tinggi yaitu udang windu, udang, jerbung, dan udang dogol.
Walau masih ditemui berbagai masalah yang dihadapi dunia perikanan, prospek pengembangan usaha perikanan terutama dalam rangka peningkatan produksi dan pengolahan devisa dimasa yang akan datang masih positif dan optimal serta masih memiliki keunggulan koperatif dan kompetitif.
Pelaksanaan pengolahan udang yang utama adalah menciptakan pelestarian sumber daya udang, merataka tingkat pemanfaatannya yaitu, mengurangi tekanan penangkapan pada perairan yang sudah kelebihan tingkat pemanfaatannya (Over Fishing) pengembangan sumber daya harus ditunjangi oleh upaya peraturan dan pengendalian yang ditujukan bagi pengembangan perikanan rakyat maupun perikanan umumnya.
Alat tangkap yang digunakan untuk memanfaatkan potensi udang adalah pukat udang (Trawl). Untuk mempertahankan dan meningkatkan ekspor udang sehubungan dengan makin besarnya permintaan pasar Negara tujuan ekspor maka pemerintah mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan dan mempertahankan nilai ekspor udang tersebut yaitu dengan modifikasi alat tangkap trawl dengan penambahan alat pemisah ikan (API). Dengan adanya alat ini dapat memisahkan biota-biota laut yang bukan target penangkapan. Untuk pengoperasian pukat udang sesuai dengan Surat Keputusan Presiden No.85 tahun 1982, tentang daerah penangkapan pukat udang yaitu daerah perairan dengan batas koordinat 1300 BT diluar garis batas isobaths 10 meter dari pantai, dimana pada daerah tersebut mempunyai potensi udang.
Dari sekian banyak alat tangkap, pukat udang merupakan alat tangkap moderen yang mampu menangkap udang dalam jumlah yang relaif besar sehingga mempunyai prospek yang cukup tinggi untuk diusahakan, alat tangkap pukat udang dioperasikan di perairan yang landai dan dasarnya perairan adalah pasir, lumpur, dan lumpur berpasir dan yang menjadi patokan dasar dalam pengoperasian adalah sifat – sifat oseanografi pada suatu perairan.
Sehubungan dengan latar belakang diatas maka penulis memili judul Loporan Pratek Kerja Lapangan:
“Sifat – Sifat Oseanografi Daerah Penangkapan Pukat Udang di
KM Udang 38” PT. West Irian Fishing Industries – Sorong.
B .Tujuan
Tujuan penulisan ini untuk membahas tentang daerah penangkapan dengan memelihat dan mengetahui sifat-sifat oseanografi yang dimiliki oleh daerah penangkapan udang tersebut, dengan tujuan untuk mendapatkan hasil yang semaksimal mungkin secara efektif dan efisiensi, kemudian membahas masalah yang timbul dalam operasi penangkapan disertai saran pemecahannya, sehingga bermanfaat bagi semua pembaca. Selain itu juga diajukan guna melengkapi salah satu persyaratan akademik dalam penyelesaian pendidikan diploma 4 vedca Cianjur.
C. Sasaran
Agar tidak terjadi penyimpangan serta tafsiran dari judul yang telah ditetapkan, dalam pembahasannya akan membahas tentang sifat-sifat oseanografi yang merupakan salah satu faktor penting dalam pengoperasian pukat udang yang menyangkut: keadaan dasar perairan, kedalaman perairan, arus, gelombang, angin, pasang surut air laut, temperatur, salinitas Upwelling, serta kecerahan perairan.
Selain itu juga akan membahas teknik pengoperasian alat tangkap yang menggunakan sistem double rig trawl yang meliputi:
a) Setting
b) Towing
c) Hauling
d) Penanganan hasil tangkapan di kapal
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Daerah Penangkapan
Menurut Soemarto, 1985. yang dimaksud dengan daerah penangkapan adalah suatu daerah perairan dimana di daerah tersebut terdapat populasi ikan atau udang, serta alat tangkap dapat dioperasikan dengan baik, biaya operasional tidak terlalu mahal dan penangkapan dapat dilakukan secara ekonomis juga dekat dengan daerah pemasaran.
Dalam usaha penangkapan, sudah selayaknya kita mengenali daerah penangkapan dimana kita harus mengetahui sifat dan keadaan suatu perairan terlebih dahulu, sehingga usaha penangkapan tersebut tidak menimbulkan kerugian ataupun kendala yang berakibat fatal dalam dunia usaha.
Pada dasarnya daerah penangkapan mempunyai kondisi dan lokasi perairan yang berbeda, umumnya diberikan nama berdasarkan daerah yang keadaanya mencakup: jenis alat tangkap, nama perairan, jenis spesies, dan sebagainya.
B. Daerah penangkapan Pukat Udang
Menurut Surat Keputusan Presiden No. tahun 1982, daerah penangkapan pukat udang yang diperbolehkan di perairan Indonesia dengan koordinat 1300 BT diluar garis Isobath pantai10 meter.
Sesuai dengan surat Direktur Jendral Perikanan Tangkap No.3929/ DPT4.120.D4/VI/02 K tanggal 17 Juni 2002. Maka izin operasi penangkapan untuk PT. WIFI pada perairan.
Laut Arafura (perairan sebelah barat/selatan pantai Irian Jaya/ Papua) yang terletak antara batas titik koordinat:
• 090. 10’ LS ¬¬¬- 1410. 00’BT
• 090. 30’LS - 1380.00’ BT
• 080. 30’LS - 1350. 00’ BT
• 010. 00’LS - 1300. 00’BT
• 010. 00’LS ¬- 1300. 00’ BT
Laut Sulawesi/Samudra Pasifik (perairan sebelah Utara Irian Jaya/Teluk Cendrawasi yang terletak antara batas titik koordinat:
• 010. 00 ‘LS - 1350.00’BT
• 010. 00 ‘LS ¬- 1400.00’BT
• 020. 20’ LS - 1450.15’ BT
• 030. 10’ LS - 1350 00’ BT
Kedalam daerah penangkapan untuk pukat udang relative dangkal, yaitu 20-45 Meter dengan dasar perairan yang landai dan rata terdiri dari pasir, pasir berlumpur, lumpur, tidak berbatu, tidak berkarang serta bebas dari bangkai kapal karam (Soemarto.1985).
Menurut Ayodhoyoa, 1981 Teknik Penangkapan Pukat Udang adalah di tarik atau dihela di dasar perairan oleh karena itu daerah penangkapannya harus memenuhi syarat- syarat berikut:
1. Dasar perairan daerah penangkapan terdiri dari pasir, lumpur, atau campuran dari pasir berlumpur.
2. Kecepatan arus pada permukaan air tidak begitu besar (kurang dari 3 knot), begitu juga kecepatan arus pasang tidak begitu besar.
3. Kondisi cuaca laut (arus, gelomang, badai, dan lain –lain) baik.
4. Kontinuitas resources (sumber daya) terjamin untuk dapat diusahakan secara terus menerus.
5. Perairan mempunyai produktifitas yang besar serta resources yang melimpah.
C. Sifat –Sifat Oceanografi daerah Penangkapan Pukat Udang
1. Keadaan dasar dan kedalaman perairan
Pada umumnya habitat udang adalah perairan dengan dasar terdiri dari lumpur (bottom mud), pasir (bottom sand), atau kombinasi dari lumpur dan pasir (bottom sand mud) jenis dasar berkarang atau koral( bottom sand andreefs) dengan kedalaman antara 20 – 45 meter, selebihnya dari kedalaman seperti ini jarang mendapat udang.
Sebagai contoh udang ende king (Penaeus langistylus) mempunyai habitat didasar perairan yang berpasir dan berkarang, maka jenis udang ini tidak akan dijumpai pada perairan yang dasarnya berlumpur. Kadar garam suatu perairan berpengaruh terhadap kehidupan udang. Jenis udang seperti Penaeus monodom, Penaeus semisulcatus ,Penaeus indicus, yang pada saat larva hidup pada daerah yang berkadar garam rendah Estuarine dan dewasa pada daaerah tengah laut. ( Agus Purnomo, 1997).
2. Gerakan Air
Menurut Romimohtarto dan Juwana (2001), gerakan air laut dikenal sebagai arus, gelombang, penaikan massa air (Upwelling), dan sebagainya. Gerakan air laut disebabkan oleh beberapa faktor, seperti angin yang berhembus diatas permukaan laut, pasang surut dan lain – lain. Gerakan air laut ini sangat penting bagi proses alam laut, baik biologi ataupun non hayati. Gerakan air laut terdiri dari arus, angin, gelombang, dan penaikan massa air.
2.1 Arus
Arus merupakan gerakan mengalir suatu massa air yang dapat yang disebabkan oleh tiupan massa air. Arus mengalir dari tekanan yang tinggi ketempat yang rendah, arus juga dapat disebabkan perbedaan dalam densitas air luat atau dapat pula disebabkan oleh gerakan gelombang panjang seperti arus yang disebabkan oleh pasang surut.
Faktor yang menyebabkan adanya arus dilaut yakni radiasi matahari dimana pemanasan bumi oleh matahari tidak sama disetiap tempat perairan. Adanya arus di laut disebabkan oleh
a. Perbedaan densitas dari air laut
b. Angin yang bertiup terus – menerus di atas permukaan laut, seperti angin Passat dan Monsoon
c. Pasang surut terutama di daerah pesisir pantai
Akibat pemanasan yang berbeda dari permukaan laut, maka terjadi pula perbedaan penguapan. Tempat – tempat dengan penguapan yang besar mengakibatkan densitas dan berat jenis air laut bertambah besar dibandingkan dengan densitas air laut di tempat dengan penguapan kurang. Perbedaan densitas air laut di berbagai tempat di laut menimbulkan arus. ( Santoso Rahardjo,1982)
Kejadian tersebut dapat di terangkan dengan gambar sebagai berikut.
Gambar 1 Radiasi Matahari
Gambar 2 Angin yang Bertiup Dipermukaan Laut
Arus di laut Arafura dipengaruhi oleh angin musim ( Monsoon) yang dalam setahun terjadi dua kali pembalikan arah, dimana pembalikan arah yang mantap tersebut menyebabkan terjadinya dua kali musim yaitu; Angin Musim Barat dan Angin Musim Timur. Pola arah angin tersebut di laut Arafura berbeda pada posisi yang porosnya tepat berada dalam arah utama kedua angin musim. karena angin musim ini bertiup dengan mantap, walaupun kekuatannya relatife tidak besar maka akan terciptalah kondisi yang baik untuk terjadinya arus musim (Monsoon current) di perairan Arafura.
Pada bulan Desember – Februari (Musim Barat) di laut Arafura terjadi arus Musim Barat mengalir ke Timur. Pada musim pancaroba yaitu pada bulan April, pola arus yang terjadi di laut Arafura adalah arus keTimur mulai melemah bahkan mulai berbalik arah hingga di beberapa tempat terjadi olakan – olakan (Eddes).
Pada bulan Agustus (Musim Timur) di laut Arafura terjadi arus Musim Timur yang mengalir ke Barat ( Nontji, 1993).
2.2 Gelombang
Gelombang sebagian ditimbulkan oleh dorongan angin diatas permukaan laut dan sebagian lagi oleh tekanan mendatar dan menegak oleh partikel air. Ada tiga faktor yang menentukan besarnya gelombang yang disebabkan oleh angin yakni kuatnya hembusan, lamanya hembusan, dan jarak tempuh angin.
Menurut Sahala Hutabarat dan Stewart M. Evans, 1985 sifat – sifat gelombang di pengaruhi oleh tiga bentuk angin yaitu:
a. Kecepatan angin makin kencang angin yang bertiup makin besar gelombang yang terbenuk dan kecepatannya tinggi serta panjang gelombang yang besar.
b. Waktu dimana angin sedang bertiup tinggi keceptan dan panjang gelombang seluruhnya cenderung untuk meningkat sesuai dengan meningkatnya waktu pada saat angin pembangkit gelombang mulai bergerak bertiup.
c. Jarak tanpa rintangan dimana angin sedang bertiup, gelombang - gelombang yang terbentuk didanau akan lebih pendek dibandingkan dengan gelombang yang terbentuk di lautan luas.
Gambar 3 Terjadinya Gelombang
3. Pasang Surut Air Laut
Menurut M pardi, 1963, Pasang surut adalah gerakan naik turunnya permukaan air laut yang disebabkan oleh adanya gaya tarik benda – benda angkasa, terutama bulan dan matahari terhadap bumi. Selanjutnya akan timbul arus pasang surut. Gerakkan pasang surut disebabkan oleh:
a) Gaya pasang yang mendatar dimana – mana jatuh pada bintang yang melalui jari – jari bumi dari tempat serta garis pusat bumi.
b) Gaya pasang mendatar = 0, apabiala jarak puncak bulan = 00, 900, dan 1800.
c) Gaya pasang yang mendatar akan senantiasa berubah dalam arah dan kekuatan, disebabkan oleh perubahan jarak puncak dan asimut bulan demikan akan menjadi sebab utama bagi gerakan air yang mendatar.
d) Oleh karena gejala pasang dengan putaran bumi berubah sdecra periodik, makaa gerakan airpun menjadi periodik.
Gerakan air yang periodik umumnya memberikan gerakan gelombang , sehinga selain gerakan mendatar juga menjadi gerakan tegak, selanjutnya gerakan –gerakan air akan berjalan kesuatu daerah tertentu, hal ini juga tegantung pada dalamnya air dan perbatasan daerah itu.
Gerakan air atau gelobang selajutnya akan terasa dan terlihat di perairan danngkal di sepanjang pantai, daerah pesisir atau perairan sempit.
4. Penaikan Massa Air (Upwelling)
Penaikan massa air dari bahwa ke pemukaan membawa serta air yang suhunya lebih dingin, salinitas yang tinggi dan zat – zat hara yang kaya seperti fosfat dan nitrat kepermukaan. Terjadinya Upwelling disebabkan oleh berbagai sebab, tetapi penyebab utama adalah angin yang berhembus diatas permukaan laut.
Upwelling merupakan proses yang penting untuk mengembalikan zat – zat hara dari lapisan air dekat dasar ke daerah permukaan untuk dapat digunakan kembali sebagai proses kehidupan. Oleh karena daerah pantai dimana terjadi proses upwelling sangat kaya akan plankton, dan jika plankton sangat banyak terdapat ikan atau udang akan berkumpul di daerah tersebut. Karena itulah daerah upwelling merupakan daerah yang sangat baik untuk usaha penangkapan.
Selain di daerah pantai upwelling dapat juga terjadi pada laut yang jauh dari pantai. Upwelling yang terjadi di daerah ini akibat pergantian massa air oleh karena sesuatu sebab dilapisan permukaan, akan diisi oleh massa air dari lapisan bawah. Jadi terjadinya upwelling ini bukan hanya di akibatkan adanya pantai contoh upwelling yang jauh dari pantai ini terjadi di laut Banda dan Arafura.
5. Salinitas
Salinitas adalah jumlah semua garam (dalam gram) yang terlarut dalam satu liter air laut. Dengan kata lain jumlah zat- zat yang larut dalam satu kilogram air laut dengan anggapan bahwa semua karbonat - karbonat telah diubah menjadi oksida - oksidanya. Jumlah garam yang terlarut dalam satu kilogram air laut disebut Chlorinitas. Biasanya dinyatakan dengan satuan permil, gram perliter. Sebaran Salinitas di laut dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti pola sirkulasi, penguapan, curah hujan, dan aliran sungai. Pada bulan Febrauri (Musim Barat) salinitas di laut Arafura berkisar 34 permil, dan pada bulan Agustus (Musim Timur) Salinitas di laut Arafura berkisar 34,2 permil – 34,4 permil ( Nontji, 1993).
Salinitas sama halnya dengan suhu merupakan parameter penting dalam oseanografi. Salinitas suatu perairan berperan besar dalam kehidupan biota laut seperti halnya terhadap suhu, udang juga mempunyai kesenangan untuk hidup diperairan dengan harga salinitas yang sesuai dengan sifat biologinya. Pengetahuan ini akan sangat bermanfaat pada usaha penangkapan, karena salinitas juga dipengaruhi oleh percampuran massa air.
6. Temperatur dan Kecerahan Air Perairan
Letak Negara Indonesia berada didaerah tropis dan perairan tempat hidup udang berada diperairan sekitar daerah pantai yang relatif dangkal, maka dapat disimpulkan bahwa temperature yang dibutuhakan untu habitat udang diperairan Indonesia adalah perairan yang hangat dengan suhu berkisar 270C - 300C.
Temperatur perairan sangat berpengaruh terhadap kehidupan ikan atau udang, karena semua kehidupan selalu mencari temperatur yang sesuai untuk hidupnya
Perubahan tempratur pengaruhnya terhadap ikan atau udang antara lain:
a. Perangsang syaraf
b. Pengubah proses-proses metabolisme
c. Mengubah pergerakan tangan
Pada waktu hujan lebat dimana temperatur permukaan air laut menurun, ini dapat menyebabkan aktifitas dari pada ikan dan udang untuk meninggalkan tempat tersebut untuk mencari temperatur yang sesuai. Bentuk dari penyebaran ikan atau udang ada dua macam yaitu:
1. Penyebaran Horizontal temperatur, merupakan temperatur pada belahan bumi Utara lebih besar 2o C dari belahan bumi Selatan, penyebaran temperatur dari katulistiwa kearah kutub mengecil.
2. Penyebaran Vertical tempratur, merupakan penyebaran yang disebabkan oleh adanya gerakan angin, lapisan permukan air bagian atas ikut bergerak, gerakan ini akan menimbulkan turbulensi sehingga air lapisan bagian atas beraduk dengan air lapisan bagian bawah.
Menurut Putu Oka Swadiana, 1980 temperatur juga berpengaruh terhadap Spawning (waktu pemijahan), tinggi rendahnya temperatur perairan mempengaruhi terhadap pematangan gonade. Apabila temperatur lebih kecil dari pada normal pada saat menjelang pemijahan, ini akan menyebabkan pematangan gonade terlambat, pembentukan larva terlambat, sehingga dengan demikian waktu musim penangkapan akan mundur, begitupula sebaliknya apabila temperatur lebih tinggi. Kecerahan perairan dapat dipengaruhi oleh factor - faktor seperti, kandungan lumpur, kandungan plankton, serta zat - zat pelarut lainnya, pengaruh lumpur ini akan terlihat diperairan daerah pantai yang ada muara sungainya yang mengakibatkan rendahnya kecerahan. Berdasarkan penelitian udang yang tertangkap di perairan Indonesia sebagian besar ditangkap di perairan yang kecerahan rendah. ( Uktolseja, 1977).
D. Jenis-Jenis Udang Laut
Ada beberapa jenis yang menjadi komoditi niaga penting. Adapun jenis udang tersebut adalah :
Tabel 1 jenis udang yang dipasarkan
No
Nama Perdagangan
Nama Ilmiah
1 Black Tiger Panaeus monodon Fabriciu
2 Tiger Panaeus semisulcatus De Haan
3 Banana Panaeus marguensis De Man
4 Whaite Panaeus indicus De Man
5 King Panaeus latisulcatus Kishinouye
6 Endeavour Metapenaeus monoceros Fabricius
7 Yellow Metapenaeus bravicrnis Milne-Edwards
8 Shima Prawn Parapenaeus sculptilis
9 Uchiw Thenus orientalis
10 Lobster Panulirus versicolor
11 Rebon Mysidcea dan Sergestidae
E. Habitat Penyebaran dan Daur hidup Udang
1. Habitat Penyebaran Udang
Habitat udang berbeda tergantung dari jenis dan persyaratan hidup dari tingkatan – tingkatan dalam daur hidupnya.
Pada umumnya udang – udang bersifat bentis dan hidup pada permukaan dasar laut. Adapun habitat yang disukai oleh udang adalah dasar laut yang lumer (soft) yang biasanya campuran lumpur dan pasir
Berdasarkaan hasil penelitian terhadap larva udang bernilai niaga pada benih udang stadia post larva pada umumnya udang windu atau black Tiger (Penaeus monodon) ditemukan di sepanjang pantai dengan dasar berpasir atau pasir berlumpur, yang diselang - seling oleh terdapatnya cangkang kerang dan batu – batuan kecil ditekstur tanah dasar lempung berdebu ( lumpur berpasir) sedangkan Banana atau udang putih (Penaeus merguiensis) dan udang dogol atau Endeavour ( Metapenaeus monoceros) mempunyai daya penyusaian diri lebih besar terhadap semua tipe dasar perairan dan lebih menyukai tekstur dasar lempung liat berpasir.
Hutan mangrove merupakan ekosistem yang sesuai bagi udang sebagai tempat berlindung dan mencari makanan dalam hal ini terdapat hubungan linear antara hutan mangrove dan produksi udang niaga. Udang Windu dan udang jenis lainnya berhabitat pada mangrove sebagai lingkungan baur yang dibentuk antara lingkungan marine dan lingkungan darat atau disebut: “Rawa Garaman” yang merupakan intertidal zone yaitu daerah pasang surut yang secara khusus disebut “Estuarine” (Eddy Tricahyo, 1995)
2. Daur Hidup Udang
Untuk melestarikan lingkungan sumber daya udang maka pengusahanya ataupun para penangkap udang khusus nya udang laut harus disertai konservasi. Dan untuk konservasi udang perlu di ketahui daur hidupnya.Pengetahuan tentang daur hidup udang merupakan pengetahuan dasar yang harus diketahui oleh setiap para Nahkoda ataupun Fishing Master sehingga mengetahui kapan udang siap di panen atau ditangkap.
Lingkungan ditengah laut merupakan fase peneluran udang dewasa, hidup dan berkembang baik terbagi dalam beberpa kematangan yaitu:
a) Telur f) Juwana ( adolescent)
b) Nauplius g) Dewasa awal (subeduit)
c) Zoea h) Dewasa (adult)
d) Mysis i) Memijah
e) Post larva
Gambar 4 Daur Hidup Udang
F. Alat Tangkap dan Kapal Penangkap Pukat Udang
Sejak Kepres No.39, tahun 1980 diberlakukan, maka Negara Indonesia memerlukan alat tangkap pengganti Trawl Pukat udang yang pertama kali dikenal di Amerika dengan nama pukat Amerika dan alat tangkap ini memenuhi syarat pengganti trawl, oleh karena itu pukat udang dapat dioperasikan di Indonesia khususnya di Indonesia bagian Timur. Pukat udang ini sebenarnya merupakan hasil modifikasi dari trawl yang dilengkapi dengan BED (By Catch Exluder Device) yang diterjemahkan menjadi Alat Pemisah Ikan (API) . ( L. Hasyim A. dan Moelyanto, 1989 ).
Kata Trawl berasal dari bahasa perancis “Troler” dan kata “Trailing” dalam bahasa inggris,mempunyai arti yang sama dapat di terjemahkan dalam bahasa indonesia dengan kata “tarik “ ataupun “mengelilingi seraya menarik” maka untuk tidak membingungkan beberapa pihak dari yang berwewenang meresmikan penggunaan istilah Trawl (Ayodhya,1981)
Menurut (Ayodhyoa,1981) trawl berdasarkan letaknya di dalam air selama pengoperasian dapat dibedakan antara lain :
a. Surface Trawl, yaitu trawl yang ditarik dekat permukaan air, yang tujuannya adalah penangkapan ikan- ikan yang beruaya pada permukaan air, sehingga jaring harus ditarik dengan kecepatan yang lebih besar dari pada kecepatan renang ikan yang akan di tangkap.
b. Midwater Trawl, adalah yang ditarik secara horizontal pada kedalaman tertentu, dimana ikan-ikan beruaya pada kedalaman tersebut.
c. Bottom Trawl, yaitu trawl yang ditarik pada dasar laut, yang menjadi sasaran penangkapan adalah ikan-ikan dasar (demersal fish). Termasuk jenis udang-udangan, kerang-kerangan tetapi pada kenyataannya sering juga tertangkap ikan-ikan permukaan yang juga masuk ke dalam jaring ketika jaring sedang naik.
Menurut cara membukanya trawl dapat dibagi menjadi :
a. Beam Trawl, yaitu terbukaya mulut jaring disebabkan oleh adanya beam atau bingkai yang terbuat dari bambu kayu, atau besi yang berbentuk persegi panjang, yang dipasang pada mulut jaring.
b. Pair Trawl, yaitu membukanya mulut jaring karena ditarik antara kapal yang satu dengan yang lainnya membuat mulut jaring terbuka horizontal.
c. Otter Trawl, adalah membukanya mulut jaring trawl secara horizontal, yang disebabkan oleh terpasangnya Otter Board yang relatif berat dan tahan gesekan terhadap dasar perairan atau dasar laut.
Pada umumnya trawl yang dipergunakan dalam penangkapan udang adalah jenis otter trawl, yang dioperasikan di dasar laut. Bagian pukat udang mempunyai letak dan bagian-bagian antara lain :
1. Wing atau sayap, ini merupakan perpanjangan badan jaring sampai ke batas wire otter board, dan terbagi atas upper wing dan lower wing.
2. Mulut jaring, terbagi menjadi mulut jaring bagian atas dan bagian bawah, dimana pada bagian atas diikatkan Head rope dan pada bagian bawah diikatkan Ground rope yang diberi pemberat, sedangkan pada Head rope diikatkan pelampung, mesh size pada wing sama dengan badan jaring.
3. Body dan Cod End, Body merupakan bagian yang terluas dan terbesar dari keseluruhan jaring, sedangkan Cod End adalah untuk menampung hasil tangkapan.
Untuk bagian-bagian jaring yang lainnya terdiri dari :
a. Pelampung yaitu agar mulut jaring dapat terbuka ke atas.
b. Lazy Line, untuk membantu menarik kantong jaring ke atas deck kapal.
c. Pemberat, untuk membuka mulut jaring ke arah bawah.
d. Otter Board, untuk membuka mulut jaring ke arah horizontal.
Kapal perikanan adalah kapal yang dioperasikan diperairan air tawar, payau, atau laut untuk menangkap ikan, pengangkutan, pendaratan, pengawetan, atau pengolahan ikan, kerang-kerangan dan hewan air lainnya (selain paus). Juga termasuk didalamnya adalah kapal-kapal yang mempunyai fungsi lain tetapi masih berhubungan dengan perikanan seperti kapal suplai, pelindung, pemberi bantuan, atau menyelenggarakan penelitian dan latihan (Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, 1994).
Menurut Subani dan Barus (1989) bahwa kapal trawl adalah suatu kapal yang menarik jaring berbentuk kantong dalam keadaan berjalan dan jaring tersebut ada didasar perairan, kapal dengan alat tangkap trawl dibagi menjadi tiga yaitu kapal Otter trawl, Pair trawl, dan Beam trawl.
Kapal trawl merupakan kapal yang memakai trawl sebagai alat tangkapnya dan mempunyai tenaga yang sesuai untuk menarik jaring dengan kecepatan yang memadai. Mempunyai winch dan perlengkapan untuk mengangkat jaring ke atas geladak dan dan pengangkat cod end ke atas dek. Tergantung dari daerah operasinya dan trawl yang digunakan. Kapal trawl ukurannya berkisar dari perahu terbuka dengan mesin didalam, sampai dengan kapal yang mempunyai mesin pembeku dan pabrik diatasnya.
Menurut Sadhori, 1985 berdasarkan letak jaring pada saat operasi penangkapan pukat udang dibagi menjadi tiga yaitu :
a. Double Rig Trawl, yaitu kapal yang pada saat operasi penangkapan menggunakan dua jaring di sisi kiri dan kanan lambung kapal.
b. Side Trawl, yaitu kapal pukat udang yang hanya menggunakan satu jaring pada saat pengoperasian dan ditarik dibagian samping kiri atau kanan kapal.
c. Stern Trawl, yaitu kapal yang menggunakan satu jaring dan dioperasikan pada buritan kapal.
Menurut L. Hasyim dan Moelyanto 1989, kapal pukat udang secara umum harus mempunyai syarat-syarat sebagai berikut :
1. Mempunyai stabilitas yang tinggi
2. Mempunyai olah gerak yang lincah
3. Mempunyai kekuatan mesin yang sangat tinggi
4. Mempunyai draft yang tinggi
5. Mempunyai perlengkapan alat tangkap dan alat bantu penangkapan yang optimal
6. Mempunyai alat keselamatan dan alat penolong
7. Mempunyai tempat tidur bagi crew
BAB III
METODE PELAKSANAN PKL
A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan PKL
PT. West Irian Fishing Industries merupakan salah satu usaha penangkapan udang di Kabupaten Sorong. Perusahaan ini merupakan kerjasama antara penanam modal asing Jepang dengan Indonesia.
Dalam operasi penangkapan udang perusahaan ini mempunyai armada kapal penangkapan sebanyak 8 buah armada, salah satunya adalah KM. Udang 38 yang menjadi tempat bagi penulis dalam melaksanakan Praktek Kerja Lapangan.
Lama waktu praktek penulis pada PT WIFI 6 bulan, terhitung mulai tanggal 07 November 2007 s/d tanggal 03 April 2008. waktu dan pelaksanaan praktek pada armada penangkapan menggunakan sistem Doubli Rig Trawl. Selain itu juga di tunjang oleh sebuah Work shop Machine serta Cold Storage yang di tempatkan berdampingan dengan kantor perusahan PT. WIFI Sorong.
B. Metode
Metode kerja yang digunakan dalam melaksanakan paktek kerja lapangan adalah mengikuti atau terlibat langsung dengan kegiatan usaha perikanan yaitu kegiatan operasi penangkapan dengan menggunakan pukat udang pada KM. Udang 38 milik PT. WIFI (West Irian Fishing Industries) hal ini sesuai dengan program pendidikan diploma 4 vedca cianjur yaitu menghasilkan tenaga kerja dan tenaga kependidikan yang profesional serta memiliki keterampilan yang tinggi. Dengan memberikan kesempatan pada mahasiswa untuk melaksanakan praktek kerja lapangan dalam jangka waku setahun agar mengetahui , memahami , dan terampil menerapkan suatu kegiatan usaha perikanan.
1. Orientasi
Sebelum melaksanakan PKL para peserta diberikan pengetahuan tentang sekilas gambaran umum menyangkut keadaan perusahan, pengoperasian alat tangkap, pengeksporan hasil tangkapan, serta pengetahuan tentang alat – alat penolong serta alat bantu yang menunjang keselamayan jiwa manusia di laut. Dalam melaksanakan orientasi ini sepenuhnya dilaksanakan diatas kapal oleh Nakhoda sebagai pembimbing PKL.
2. Observasi
Observasi yang dilakukan dalam pengumpulan data primer yaitu wawancara terhadap Nahkoda, ABK , Staf dan Karyawan perusahan. Observasi ini dilakukan dengan cara pengamatan langsung dengan mengikuti kegitan pengoperasian di kapal serta mencatat semua hal penting yang berkaitan dengan usaha penangkapan. Selain itu juga mempelajari catatan - catatan dan data – data perusahaan., studi literatur serta konsultasi dengan pihak perusahaan serta para pembimbing PKL.
3. Adaptasi
Selama dalam melaksanakan PKL penulis menunjukan dedikas dan sikap yang baik serta bertanggung jawab atas tugas yang diberikan oleh Nakhoda ataupun para ABK. Penyusain diri yang menjadi kunci utama dalam melaksanakan PKL terutama diatas kapal. Penulis bersikap ramah tama serta beretika moral yang baik serta etos kerja yang tinggi menunjukan seorang yang berpendidikan.
4. Pelaksanaan PKL
Penulis melaksanakan PKL pada PT. WIFI. Lama waktu praktek selama 6 bulan, terhitung mulai tanggal 07 NOvember 2007 s/d tanggal 03 April 2008. Dalam waktu dan pelaksanaan praktek armada penangkapan menggunakan sistem Doubli Rig Trawl. Selain itu juga ditunjang oleh sebuah Work shop Machine serta Cold Storage yang di tempatkan berdampingan dengan kantor perusahan WIFI Sorong.
Cataan:
(Selain itu penulis melaksanaka PKL pada KM. Berkah Mina Makmur yang berpangkalan di Juwana – Pati selama 1 trip yaitu mulai tanggal, 11 September sampai 11 Oktober 2007 dan pada
PT. Alfa kurnia Fish Enterprise yaitu pada tanggal 09 April sampai 09 Juni 2008.)
C. Sarana Praktek
1. Kapal Penangkap
a. Spesifikasi
- Nama kapal : KM. Udang 38
- Nama panggilan : YE.4510
-Tempat Dan Tanda Selar : semarang /GT. 178.No. 84/Ga
-Tahun pembangunan : Semarang/ 1992
- Grosse Akte :Jakarta/9692
-Jenis Kapal :Pukat Udang
-Daerah Pelayaran :Perairan Indonesia
-Bendera : Indonesia
-Berat Kotor :178 Gt
-Muatan Bersih :54 Nt
-Merek Mesin :Caterpillar
- Kekuatan Mesin :7055 DK
- No. Seri Mesin :69 Z 00522
- Konsruksi : Baja
- Panjang Kapal (LOA) :27,76 meter
- Lebar Kapal : 6,90 Meter
- Draf Kapal : 2,95 Meter
- Kecepata Kapal Normal :9 knot
- Kecepatan Maksimal :18 Knot
- Bahan Bakar :Solar/HSD
- Kebutuhan BBM / hari :1,6 Ton
- Jumlah Awak Kapal :18 Orang
- Grosse Akte Nomor :9692 Tanggal 30/06/1993
-Mesin Induk(Main Engine) :
*Merk :Caterpillar
*Model D3508 , 4 Tak Kerja Tunggal
*Tenaga Efektif :705 HP
*Putaran :1200
*RPM :1990
*No. Mesin :69 Z 00522
Gambar 5 Mesin Induk CATERPILLAR 705 HP
-Mesin Bantu
1. Merk :Caterpillar
Model :D3304
Tenaga Efektif :156 HP
Bahan Bakar :Solar
Gambar 6 Mesin Bantu CATERPILLAR 156 HP
2. Merk :Caterpillar
Model :D3304
Tenaga Efektif :156 HP
Bahan Bakar :Solar
Gambar 7 Mesin Bantu CATERPILLAR 156 HP
Gambar 8 KM Udang 38 GT 178
b. Peralatan Navigasi
1. Radar
Radar digunakan untuk mendeteksi benda – benda yang berada di sekitar kapal yang berada diatas permukaan air laut, mengetahui posisi pada saat berlayar ditengah laut, mengetahui jarak antara kapal,jarak antara pulau dan keadaan pelayaran guna menghindar terjadinya bahaya tubrukan. Alat ini berkapasitas zoom 64 range dan jarak jangkauan terdeteksi adalah 60 mill laut.
Spesifikasi Radar
• Merk : JRC
• Tpye : JMA – 527 -6
• Display Unit : NCD – 435 ,No Seri LM 27918
• Rectifer Unit : NBA – 797, No Seri LH 74166
Gambar 9 Radar dan scaner radar di KM Udang 38
2. GPS
GPS digunakan untuk menentukan posisi kapal, waktu, tanggal, bulan, posisi daerah penangkapan, kecepatan kapal, garis haluan dan hal – hal yang menunjang keperluan navigasi dan navigator terutama pada saat operasi penangkapan jauh dari pantai atau pulau terdekat. Alat ini akan menampilkan posisi kapal, posisi Fishing Ground.
Spesifikasi
• Merk : JRC GPS Ploter
• Type :JMA – 121- 111 No Seri 246-0264
Gambar 10 Gps KM Udang 38
3. Radio Telephon (SSB)
Perlengkapan komunikasi digunakan untuk berkomunikasi antara kapal baik kapl antar perusahan atau kapal perusahaan lain. Untuk menginformasikan fishing ground yang baik serta keadaan yang penting bagi kebutuhan para navigator.komunikasi juga dilakukan oleh kapal dengan kantor perusahan untuk melaporkan hasil tangkapan, kebutuhan kapal (order barang) serta keadaan cuaca daerah pengoperasian.
Spesifikasi
• Merk : JSB
• Type : SSB – 166, Radio telephon
• No Seri : VC 85 Nm 11
Gambar 11 Radio SSB
4. Gyro Kompas
Gyro Kompas digunakan untuk menentukan haluan kapal dalam pelayaran ataupun pada saat pengoperasian alat tangkap.
Spesifikasi
• Merk : Tokyo keiki
• Type : TS 11 A
Gambar 12 Gyro Kompas
5. Echosounder
Echosounder digunakan untuk mengetahui kedalaman perairan yang sedang di layari dan mendeteksi gerombolan ikan atau udang.
Echosounder juga membantu dalam bentuk operasi penangkapan antara lain:
a) Pengukuran kedalaman perairan daerah operasi, sehingga kita dapat menentukan panjang Warp yang diarea.
b) Menentukankepadatan populasi udang dan gerombolan ikan dibawah kapal, sehingga kita dapat memperkirakan ada atau tidaknya hasil tangkapn.
c) Menggambarkan relief dasar perairan
Spesifikasi Echosounder
• Merk :JRC
• Type : FCV – 140 No Seri 266 – 0298
• .
Gambar 13 Echosounder
6. Fish Finder
Fish Finder digunakan seperti kegunaan dari Echosounder yaitu:
a) Pengukuran kedalaman perairan daerah operasi, sehingga kita dapat menentukan panjang Warp yang diarea.
b) Menentukankepadatan populasi udang dan gerombolan ikan dibawah kapal, sehingga kita dapat memperkirakan ada atau tidaknya hasil tangkapn.
c) Menggambarkan relief dasar perairan
Gambar 14 Fish Finder
7. Meja peta
Satu buah meja lengkap dengan peralatan bernavigasi yang berguna bagi navigator seperti: peta, mistar jajar, pensil, jangka semat,penghapus dan mistar segitiga dan segitiga untuk memplot posisi kapal pada peta,meja peta juga berfungsi sebagai tempat menulis laporan hasil tangkapan pada perusahan, (catching Report)dll
Gambar 15 meja peta
2. Alat Tangkap
Alat tangkap yang digunakan untuk operasi penangkapan di KM. Udang 38 adalah pukat udang dengan sistem double rig trawl pada dasarnya memiliki spesifikasi yang sama dengan jenis trawl lain. Type pukat udang ganda menggunakan dua jaring yang ditarik dengan menggunakan duah buah derek (out riggers) yang dipasang pada bagian kanan dan kiri kapal. Pukat udang merupakan modifikasi dari pukat harimau, tetapi pukat udang di lengkapi dengan Alat Pemisah Ikan (API) yang dipasang diantara bagian kantong jaring dengan badan jaring.
Adapun bagian – bagian alat tangkap ini dapat dirincikan sebagai berikut.
a. Tali Penarik (Warp)
Warp digunakan untuk menarik rangkaian jaring yang ujungnya disambung dengan winch utam dan ujung lainnya disambung otter pendent yang kedua ujungnya disambung dengan otter board warp yang terbuat dari bahan baja dengan diameter 18 mm, warp cabang 22 mm dan warp induk 400 mm. Panjang warp yang diarea ditandai setiap 25 meter. Warp 25 m diberi tanda seutas tali, warp 50 m diberi tanda dua utas tali, Warp 75 m diberi tanda tiga utas tali, warp 100 m diberi empat utas tali. Pemberian tanda setiap25 m tersebut untuk mengetahui panjang warp yang diarea disesuaikan dengan kedalaman yang tergambar pada Echosounder atau Fish Finder. Panjang warp yang diarea ditentukan dengan perbandingan dengan 4 atau 5 kali kedalaman perairan.
b. Papan Pembuka Mulut Jaring (Otter Board)
Otter board ini terbuat dari kayu yang berbentuk persegi panjang dengan menggunakan bingkai penguat dari plat besi. Otter board ini berfungsi untuk mengatur kedudukan atau posisi jaring agar tetap berada didasar perairan dengan posisi normal. Disamping itu juga dapat untuk mengatur terbukanya mulut jaring waktu ditarik secara Horizontal.
Selain dipengaruhi oleh kecepatan kapal saat towing pembukaan mulut jaring juga dipengaruhi oleh besar kecilnya Angle Of Attack dari Otter board itu sendiri. Sebelum dioperasikan ,biasanya otter board diatur dulu sedemikian rupa agar Angle Of Attack otter board itu mempunyai besar yang diharapkan untuk membuka mulut jaring.
Pada otter board bekerja dua gaya yaitu:
1. Speading Force ialah kekuatan otter board untuk membuka kesamping yang ditimbulkan karena otter board mendapat tahanan dari air.
2. Darg Force ialah kekuatan yang berlawanan dengan arah kapal yang berasal dari tahanan air terhadap jaring waktu penarikan.
Gabungan dari dua gaya yang bekerja tersebut diatas disebut”Hydro Dinamik Resistance” gaya inilah yang menentukan baik tidaknya mulut jaring terbuka. Kedudukan otter board pada saat dioperasikan dapat dibedakan menjadi:
1. Tilt Positif,keadaan otter board pada posisi tonggak
2. Tilt Negatif, keadaan otter board pada posisi tungging
3. Heel Posistif, yaitu otter board berdiri miring keluar
4. Heel Negatif, yaitu otter board berdiri miring
Otter board yang yang digunakan pada KM. Udang 38 terbuat dari kayu yang berbentuk persegi panjang dengan panjang 250 cm dan lebar 110 cm pada bagian bawah (sepatu) otter board dipasang plat besi dengan ketebalan 1,5 cm. Plat ini berfungsi untuk melindungi papan dari gesekan dengan dasar perairan.
c. Mulut Jaring (Square)
Mulut jaring merupakan bagian yang menjolok kedepan ,ini berfungsi agar ikan atau udang yang tertangkap tidak lari kebagian samping atau luar, ada bagian atas di gabungkan dengan Head rope,dan bagian bawah merupakan ujung bagian perut jaring dan digabungkan dengan Ground rope yang diberi pemberat.
d. Sayap (Wing)
Pada jaring trawl atau pukat udang ada dua buah sayap, sayap kiri dan sayap kanan. Fungsi dari pada bagian jaring sayap adalah untuk menggiring atau mengarahkan udang ataupun ikan kedalam kantong. Pada bagian atas terdapat tali ris atas atau Head rope, dan pada bagian bawah terdapat tali ris bawah atau Ground rope dan rantai pengejut.
e. Badan Jaring (Webbing)
Bagian ini merupakan bagian jaring yang dibuat dari dua buah lembar webbing yang bentuknya hampir menyerupai empat persegi panjang, bagian atas disebut Baiting dan bagian bawah disebut Belly.Bagian badan jaring ini terletak antara bagian sayap (wings) dengan bagian kantog,ukuran mata jaringnya adalah 57 mm dengan nomor benang 30 yang terbuat dari bahan polyetline .Fungsi dari badan jaring ini juga untuk menuntun masuknya hasil tangkapan ke dalam kantong jaring (cod end).
f. Alat Pemisah Ikan (API)
Berdasarkan surat keputusan presiden no.85 tahun 1982, yang dijabarkan dalam surat keputusan Menteri pertanian no.930 /kpts/Um/2,tanggal 27 Desember 1982 ,mengenai kebijaksanaan pengunaan pukat udang diperairan Arafura dansekitarnya. Oleh karna itu PT.WIFI telah mematuhi keputusan tersebut dengan mengharuskan setiap kapalnya untuk mengunakan API, yang di pasang antara badan jaring dan kantong jaring .Fungsi dari API adalah sebagai penyaring / filter ini .Alat ini terbuat dari besi yang bentuknya sedemikian rupa dan bagian bawah di bentuk agak lengkung, untuk pemperlancar atu memperkecil gesekan dasar perairan . pada bagian atas deberi 4 pelampung yang diameternya 200 mm yang dipasang pada sisi kiri dan kanan masing –masing dua buah pelampung. Fungsi dari pelampung yaitu agar api tidak terbalik pada saat pengoperasian
g. Kantong (Cod End)
Kantong merupakan bagian belakang dari alat tangkap pukat udang yang berfungsi sebagai tempat penampungan hasil tangkapan yang masuk .bagian ini memiliki matajaring yang lebih kecil dari bagian yang lain dan dibuat tiga lapis agar kantong jaring kuat dan tahan apa bila bergesekan dengan dasar perairan .
1. .kantong pengikat, yakni kantong yang ujungnya dipasang sebuah tali yang terbuat dari polyethyiene yang berfungsi sebagai pembuka dan penutup kantong pada saat setting dan hauling yang biasanya disebut tali kontong (cod line)
2. Kantong pelapis,untuk mengurangi gesekan kantong utama dan kantong pengikat dengan dasar perairan.bahan PE 38 mm dengan ukuran mata jaring 90 mm.
h. Tali Malas (Lazy Line)
Lacy line adalah tali dapat bergerak bebasyang dihubungkan antara otter board dengan bagian leher kantong.fungsi dari iazy line adalah untuk mengangkat bagian kantong jaring keatas geledak kapal.
i. Tali Ris Atas (Head Rope)
Head rope adalah tali panjang yang melekat pada mulut jaring bagian atas darikiri kanan.tali ini terbuat dari bahanSWR (soft wirerope) ,tali ini berfungsi untuk mengikat pelampung ,kemudian di ikatkan pada tali ris
j. Pemberat (weight)
Untukmembuat jaring agar dapat mencapai dasar digunakan pemberat yang terbut dari rantai besi.fungsi pemberat yaitu untuk mebuka mulut jaringbagian bawah secara vertikal kebawah.selain pemberat tersebut dipasanng juga ranti pengejut yang berfungsi untuk mengejutkan udang ikan agar masuk kedalam jaringan selanjutnya digiring kekantong jaring.pemasangan rantai ini harus disesuikan dengan dasar perairan sehinga tidak menggangu pelaksanaan operasi penangkapan .
k. Pelampung (Floats)
Pelampung berfungsi untuk membuka mulut jaring bagian atas secara vertikal. variasi pesangan dan jumlahnya dapat berubah –ubah tergantung pada keadaan jaring didalam air yang dapat diperkirakan dari hasil pennagkapan.peelampung ini terbuat dari plastik padat yang berbentuk seperti bola. Pelampung dipasang pada tali ris atas sebanyak 9 buah dengan diameter 180 mm (4 buah ) dan 200 mm (5 buah). Pada KM. Udang 38 jenis pelampung yang digunakan adalah litec float
gambar 16 Konstuksi Alat Tangkap Trwal
2. Alat Bantu Penangkapan
Alat bantu penangkapan yang digunakan dikapal pada saat setting, towing, dan hauling yang berfungsi untuk membantu kelancaran dalam melakukan operasi penangkapan. Alat – alat bantu penangkapan tersebut adalah:
a. Fish finder
Yaitu berupa seperangkat elektronik yang berfungsi sebagai alat bantu navigasi untuk mengetahui kedalaman perairan, selain itu juga membantu dalam operasi penangkapan seperti:
1) Menetukan kepadatan populasi udang dan gerombolan ikan dibawah kapal, sehingga kita dapat memperkirakan ada dan tidaknya serta banyaknya hasil tangkapan
2) Mengukur kedalaman perairan sehingg kita dapat mengetahui dan memperhitungkan berapa panjang warp yang diarea
3) Menggambarkan topografi dasar perairan,apakah rata, landai, atau bergunung dan sebagainya
b. Winch
Alat ini digunakan untuk menarik,menggulung, dan mengarea warp pada saat pengoperasian alat tangkap. Prinsip kerja winch adalah digerakkan dengan sistem hidrolik yang dihubungkan dengan sebuah generator penggerak. Pada KM. Udang 38 terdapat 4 buah winch sebagai alat bantu penangkapan yaitu:
1) Dua buah winch utama digunakan untuk mengarea, menarik, dan menggulung warp, menarik lazy line pada saat hauling (mengangkat kantong keatas deck dan membantu ketika mengangkat otter board).
2) Satu buah winch try net (tes net),yaitu digunakan untuk mengarea dan menarik try net serta membantu membuka dan menutup boom.
3) Satu buah winch jangkar (hoist),yaitu digunakan untuk menarik dan mengarea jangkar serta membantu membuka dan menutup boom
Gambar 17 winch utama
c. Try Net (tes net)
Try net digunakan untuk mengetahui ada tidaknya dan banyak sedikitnya udang yang masuk kejaring utama pada suatu daerah penangkapan. meskipun tersedia fish finder tetapi dengan adanya try net akan lebih mengetahui jenis dan banyaknya udang yang tertangkap.
Konstruksi try net hampir sama dengan jaring utama hanya ukurannya lebih kecil. Try net dipergunakan untuk mengetahui apakah didasar laut terdapat jenis udang yang merupakan tujuan penangkapan dan memiliki jumlah yang banyak. Selang waktu pengangkatan try net berkisar antara 20 – 30 menit, sehingga pengoperasian pada jaring utama 3 -4 kali, sedangkan jarak antara try net dengan jaring utama yakni 30 meter
Gambar 18 Winch Try Net
d. Blok dan Takal
Takal merupakan gabungan antara dua blok atau lebih dengan tali yang bertujuan untuk memperkecil gaya tarik sehingga beban dapat lebih ringan. Blok dan takal digunakan untuk menarik dan mengarea warp yang letaknya diujung boom serta untuk menarik dan mengarea warp yang letaknya diujung boom juga untuk menarik dan mengarea beban lainnya. Tali yang digunakan pada blok ini tidak mudah putus, cara perawatan alat bantu penangkapan ini dengan memberi gemuk (grease) agar tidak macet karena gesekan pada saat operasi penangkapan.
Gambar 19 Blok dan Takal
e. Boom (Rigger)
Alat ini terbentang dibagian kiri dan kanan kapal dengan panjang 10 meter yang terbuat dari besi baja, pada boom terdapat roller blok yang berfungsi sebagai pelancar dari pada warp. Pada saat membentang, rig ini ditahan dengan wire yang dihubungkan dengan winch yang berada dihaluan bersama dengan winch jangkar.
Gambar 20 Boom dan Roller blok pada saat pengoperasian
f. Stopper
Alat ini digunakan pada saat penurunan jaring dan pengangkatan jaring. Fungsi utama stopper adalah menahan kantong ketika diangkat keatas deck kapal untuk menurunkan hasil tangkapan dan untuk melepaskan kembali kantong ke laut setelah hasil tangkapan yang ada dalam kantong jaring dicurahkan dan kemudian kantongnya diikat kembali.
g. Stroup
Alat ini digunakan untuk mengangkat kantong jaring keatas deck yang terbuat dari tali nylon yang dibuat mata (goba). Stroup ini juga sebagai tempat kedudukan kait pada saat menggantung kantong jaring, selain itu alat ini juga digunakan untuk membersihkan jaring pada saat pencucian jaring dengan cara memukul –mukul jaring.
h. Pengait
Alat ini terdapat pada sisi kiri dan kanan kapal yang fungsinya sebagai pengait lazy line dengan cara dilemparkan. Terbuat dari besi beton yang panjang 4 meter, pada bagian ujungnya berbentuk lengkung sehingga dengan mudah mengait lazy line kemudian diikatdengan seutas tali dari bahan nylon dengan panjang 4 -5 meter
i. Pendorong dan Pencakar (garuk – garuk)
Pencakar berfungsi untuk memisahkan hasil tangkapan dengan sampah (sortir) yang dibuat senyaman mungkin sehingga terhidar dari tusukan benda – benda tajam atau hewan laut yang berbahaya sedangkan pendorong digunakan untuk mendorong hasil tangkapan yang tidak bernilai ekonomois.
Gambar 21 Pendorong dan Pencakar
j. Kapak dan pisau jaring
Kapak berfungsi untuk memotong kayu yang masuk melalui jaring apabila kayunya terlalu panjang dan besar sedangkan pisau jaring memotong jaring pada saat menggeluarkan kayu atau hambatan lain dari dalam jaring. Selain itu juga digunakan pada saat perbaikan jaring dan pembuatan jaring baru.
k. Coban
Berfungsi untuk menjurai jaring pada saat jaring sobek atau pada saat membuat jaring baru. Bagi para ABK deck diharuskan mempunyai coban dalam tiga buah atau lebihdengan ukuran benang yang dipakai dengan pisau jaring yang dipasang pada sabuk serta selalu dipakai pada saat jam kerja atau pada saat Stand By.
3. Struktur Organisasi di Kapal
Pengaturan kerja dikapal sangatlah penting dilakukan karena untuk dapat tercapainya tujuan yang dinginkan harus dapat memiliki prosedur kerja yang jelas. Organisasi juga merupakan alat yang dapat digunakan oleh manusia untuk mencapai tujuan tertentu. Struktur organisasi harus jelas dan direncanakan sebelumnya serta didukung oleh awak kapal agar hubungan kerja antara nakhoda dengan Anak Buah Kapal terarah dalam rangka mempermudah kerja dalam melaksanakan operasi penangkapan.
Struktur organisasi dikapal dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 22 Struktur Organisasi KM Udang 38
1. Nakhoda
Adalah pemimpin tertinggi di kapal yamh mempunyai tugas untuk melayarkan kapal, bertanggung jawab terhadap keselamatan kapal dan awak kapal, bertanggung jawab terhadap kualitas dan kuanttitas hasil tangkapan, mengesahkan daftar order mesin dan deck, menentukan fishing ground, mempunyai keahlian dalam mengoperasikan semua peralatan diatas kapal baik itu alat navigasi, alat penangkapan, alat Bantu penangkapan, alat – alat keselamatan serta semua alat – alat yang berada diatas kapal.
2. Mualim
Adalah perwira kapal yang menjadi wakil dari nakhoda yang mempunyai tugas membantu nakhoda dalam melayarkan kapal dam operasi penangkapan, menangani perbekalan ABK, bertangung jawap terhadap atminstrasi kapal, mencatat hasil tangkapan dan melapor keperusahan, bertugas sebagai pemimpin dalam kegiatan penanganan hasil tangkapan diatas kapal, membuat jatdwa jaga trinet yang akan dilaksanakan oleh ABK, bertanggung jawp sebagai penganti nakhoda apa bila nakhooda sakit, mengawasi saat melakukan bongkar udangdi pelabuhan’
3. KKM
Merupakan pemegang kendali tertingg di dalam kamar mesin dan beratangung jawap terhaddap nakhoda untuk seluruh kegiatan yang dilakukan dikamar mesin, memimpin kerja ABK mesin, bertangung jawabm terhadap kelancaran mesin kapal, bertangung jawab terhadap inventarisasi dikamar mesin, membuat jawal perawatan mesin. Melaporkan keadaan mesin setiap hari, bertangung jawab terhadap semua proses pembekuan udang dilam palka, membut dan mengisi buku jatwal harian kamar mesin, mengkoordinasikan, mengarahkan serta mengendalikan kertja dibagian mesinis
4. Bostman (Serang )
Merupakan kepala pelaksanaan operasi penangkapan, bertangung jawap terhadap bongkar muat hasil Tangkapan , bertanggung jawab terhadap alat tangkap dan alat bantu penangkapan, memimpin kerja deck, bertanggungjawap terhadap alat tangkap , bertanggung jawab atas hasil tangkapan, mengkoordinir kerja saat melakukan saat operasi penangkapan dan memimpin regu kerja , membantu kerja dan bertanggung jawab terhadap nakoda, atas kelangaran kerja dahn seluruh dan alat alat tangkap, melakukan pengecekan , perawatan dan perbaikan alat tangkap serta alat Bantu penangkapan
5 Masinis
Merupakan perwira kapal Bagian mesin, berada dibawah KKm langsung, yang memiliki tugas bertanggung jawab terhadap pengoperasian mesin induk, generator, pompa – pompa, mesin refrigasi. Mencatat order peralatan mesin, membuat daftar jaga dikamar mesin, mengisi buku jurnal mesin, mencatat pemakaian bahan bakar, pelumas,dan keadaan mesin keseluruhan, membantu KKM dalam penyusunan jadwal perawatan mesin, membantu KKM dalam perencanaan kebutuhan akan peralatan kerja mesin serta menggantikan KKM bila berhalangan
6. Klasi deck
Sebagai pelaksana kegitan opersi penangkapan, memperbaiki alat tangkap yang rusak, pelaksana kerja perawatan deck, melaksanakan jaga try net (tes net)serta pelaksana kerja perawatan alat tangkap.
7. Oiler (juru minyak)
bertanggung jawab terhadap kelancaran pengoperasian mesin – mesin pada saat tugas jaga mesn, membantu KKM dan masinis dalam memperbaiki kerusakan mesin – mesin serta mencatat semua penggunaan bahan bakar selama operasi penangkapan dalam jurnal mesin.
8. Klasi mesin
bertugas melaksanakaqn kegiatan perbaikan dan perawatan diruang mesin serta menjaga kebersihaan mesin dan wajib ikiut serta dalam pengoperasian alat tangkap.
9. Koki
bertanggung jawab atas kebersihan dapur dan menyiapakan makanan untuk awak kapal, mengatur kebutuhan awak kapal, bertanggung jawab terhadap peralatan dapur, membuat order kebutuhan makan selama dalam pelayaran.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Perusahan
1. Letak Geografis
Sorong merupakan salah satu kabupaten yang terletak dibagian kepala burung Irian Jaya yaitu terletak pada koordinat 00 66’ LS – 131 07’ BT. Kabupaten ini mempunyai luas wilayah seluruhnya 176.000 Km, yang meliputi 121.385 Km luas daratan dan 54.165 Km luas laut territorial (12 mil dari garis pantai) termasuk perairan antara pulau. Secara astronimis kabupaten Sorong terletak pada 020 LU – 010 LS dan1300BT – 1320 55’ BT. Terdiri 13 Kecamataan pantai dan 6 wilayah pedalaman 263 desa dan 13 kelurahan.
Letak kabupaten Sorong berbatasan dengan:
a. Bagian Barat berbatasan dengan kepulauan Maluku
b. Bagian Timur berbatasan dengan Kepulauan Manokwari
c. Bagian Utara berbatasan dengan Lautan Samudra Pasifik
d. Bagian Selatan berbatasab dengan Kabupaten Fak - Fak dan Lautan Arafura
Dengan keadaan tersebut diatas sorong mempunyai keuntugan antara lain:
a. Kabupaten Sorong merupakan pintu gerbang propinsi papua dan juga merupakan persimpangan papua bagian Utara dan bagian Selatan sehingga Sorong dapat berkembang pesat.
b. Kedudukan lautnya yag diapit oleh perairan Maluku serta dua samudra yaitu Samudra Pasifik dan Samudra Hindia sehingga kaya akan hasil lautnya.
2. Sejarah Perusahan
PT. West Irian Fishing Industies (WIFI) merupakan perusahan yang bergerak dalambidang penangkapan dan pengolahan udang. Perusahan ini berdiri pada tahun 1969 di Ambon yang kemudian pada tahun 1970 basis operasional pindah ke Sorong Papua. PT. WIFI ini sendiri merupakan perusahaan yang bergerak di bidang usaha perikanana yang berbendera Indonesia yang bekerja sama dengan perusahaan Jepang dengan usaha penangkapan udang dengan menggunakan alat tangkap pukat udang dengan menggunakan sistem Double Rig Trawl.
Semua kapal – kapal milik PT. WIFI beroperasi di peraiaran Arafura (Perairan Timur Indonesia) dan pantai Barat Irian Jaya. Yang berjumlah 8 buah armada. Armada penangkapan ini tidak hanya melakukan operasi penangkapan teapi juga sebagai sarana proses di laut sehingga setibanya di darat produk siap untuk di Ekspor.
Setipa kapal dalam melaksanakan operasi penagkapan dalam satu tripnya selama 65 atau 70 hari (flex sibel), jika terjadi suatu kerusakan pada saat operasi penangkapan yang tidak bisa di tangani di laut maka kapal tersebut dapat di pulangkan ke pangkalan (Fishing Base) sebelum waktu yang di tentukan oleh perusahaan. Pengisian bahan bakar dan perbekalan sesuai lama waktu operasional, kegiataan bongkar muat hasil tangkapan kapal di lakukan di pelabuhaan milik PT.WIFI.
Kapal – kapal milik PT. WIFI selalu melakukan perawatan secara berkala yang di lakukan oleh ABK maupun Perwira Kapal, hal ini dimaksudkan untuk menghindari terjadinya kerusakan pada setiap komponen, sehingga dalam setiap melakukan operasi penangkapan dapat berjalan dengan baik. Namun demikian dalam kenyataannya sering menemui berbagi masalah yang mengharuskan kapal untuk melakukan perbaikan .apa bila kapal dalam kondisi yang tidak memungkinkan untuk beroperasi maka segera melaksanakan docking perbaikan. Setiap kapal melakukan docking setahun sekali secara bergiliran.
a. Profile Company WIFI
Nama Perusahan :PT. West Irian Fishing Industries
Head Office :Jl. Kemang 1A. No.11A, Jakarta Selatan
: Telp. 021- 71791436,71790264,
Fax. 021- 7180336
Branch Offic : Jl. Udang / Klademak 1 Sorong
Telp.095 – 321653,322365
Fax.0951323801
Ijin Usaha :185/T/ Perikanan/2000,tanggal 18 Maret 2000
NPNW : 01.000.532.0-057.000
Tahun Berdiri : Tahun 1970
Penanggung Jawab : Yosua Fukuoka
Jenis Kegiatan Usaha :Penangkapan dan Pengolahan Udang
Produk Akhir : Udang Beku Segar
Daerah Penangkapan : Laut Aru,Merauke, pantai Irian Jaya
Jumlah Armada : 8 buah
1. KM. Udang No. 1 :136 GT
2. KM. Udang No. 2 :145 GT
3. KM. Udang No. 20 :206 GT
4. KM. Udang No. 30 :169 GT
5. KM. Udang No. 31 :169 GT
6. KM. Udang No 32 :193 GT
7. KM. Udang No. 33 :173 GT
8. KM. Udang No. 38 :178 GT
Alat Tangkap : Pukat Udang
Pelabuahan pangkalan : Sorong, Papua Barat
Sistem Palka : Refrigrasi, suhu - 200c
Kapasitas Cold Storage : 100 Ton
Tujuan Negara Ekspor : Japan, Chinesse, dan Vietnam
b. Product Spesification For WIFI
Nama : Udang Beku Segar (Fresh Frosen Shrimp)
ShrimpSpesies : Tiger, banana, Endeavour, karasu, Lobster
Uchiwa,Kijiebi,Akaebi.King,Shima
Asal Bahan Baku : Laut ArafuraMarauke,Digul,
Perairan sebelah selatan dan barat pantai
Irian Jaya – Papua
Net Weight H/O : 1,5kg Master Carton 9kg
(1,5kg x 6 Blocks)
Net Weight H/L : 2,0kg Master Carton
(1,5kg x 6 Blocks)
Produk Brand : WIFI
Packing size Materials
Master Carton : 435 x 285 x 171 mm
Inner Carton : 281 x 180 x 63 mm
Polysheet : 70 x70 x 6o Mikron
Strap band Manual : Band roll and seal
Spesifikasi : Jenis size, tanggal produksi, kapal, berat.
3. Struktur Organisasi Perusahan
PT. WIFI di pimpin oleh seorang Presiden Direktur yang tepatnya berada dibawah Dewan Komisaris dimana dalam kesehariannya di bantu oleh tiga orang Direktur yaitu Direktur Produksi, Direktur Personalia dan Umum, Direktur Keuangan dan Anggaran . Sebagai suatu perusahan perikanan yang terpadu hubungan antara devisi dan seksi – seksi harus saling mendukung sehingga terwujud suatu kinergi sehingga dalam pelaksanan opersional kendala yang ada dapat segera teratasi tanpa melalui proses yang panjang. Jajaran Direktur ditempatkan sejajar tapi masih dalam satu garis kordinasi, hal ini untuk saling berkaitan dan saling melengkapi.
Devisi Penangkapan dipimpin langsung oleh Priseden Direktur yang berada di Jakarta. Dalam tugasnya yang menyangkut kegiatan operasinal di laksanakan dengan bantuan dari Direktur Produksi,Direktur Personalia dan Umum,Direktur Keuangan dan Anggaran serta oleh Generlal Manager
4. Kegiatan Perikanan
Daerah Sorong mempunyai potensi laut yang cukup besar yang dapat diandalkan dalam memenuhi kebutuhan dalam negeri. Sumber Daya Laut ini sudah sejak lama dieksploitasikan oleh para nelayan tradisional maupun modern.
Dewasa ini di daerah Sorong ada beberapa industri perikanan rakyat, perusahaan-perusahaan joint ventura antara penanam modal asing yakni Jepang dengan Indonesia. Perusahaan - perusahaan tersebut adalah:
- PT. West Irian Fishing Industri (WIFI)
- PT. Alfa Kurnia Fish Enterprise
- PT. Irian Marine Product Development (IMPD)
- PT. Dwi binama
Selain perusahaan – perusahaan joint ventura, terdapat juga perusahaan dalam bentuk Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yaitu PT. Usaha Mina yang bergerak dalam usaha penangkapan Tuna Cakalang.juga terdapat beberapa perusahaan yang ada kaitannya dengan kegiatan perikanan diantaranya yaitu :
- PT. Dock Karim, merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang Pergalangan kapal dan Docking milik perusahaan perikanan Sorong.
- PT. Dock Usaha Mina, merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang Pergalangan kapal dan Docking milik PT.Usaha Mina Sorong.
- PT.Pertamina, yaitu perusahaan minyak yang mensuplai BBM untuk keperluan operasional penangkapan kapal-kapal perikanan.
Gambar 23 Armada Penangkapan PT.WIFI
B. Hasil Kegiatan PKL
1.Persiapan Operasi Penangkapan
Sebelum melakukan operasi penangkapan biasanya dilakukan persiapan – persiapan baik persiapan di Darat maupun di Laut, ini berguna untuk mengurangi hambatan – hambatan yang terjadi sewaktu melakukan operasi penangkapan:
a. Persiapan di Darat
Persiapan di darat yaitu persiapan kapal sebelum menuju ke Fishing graund yang meliputi:
1. Persiapan pengisian bahan bakar, air tawar,perbekalan, obat – obatan,alat bantu penangkapan,serta menentukan daerah penangkapan yang pertama kali akan dituju.
2. Persiapan surat – surat kapal dan administrasi lainnya yang berhubungan dengan kapal, Anak Buah Kapal (ABK) dan ijin penangkapan. Karena sewaktu – waktu di laut ada pemeriksaan dari petugas keamanan atau patroli laut (TNI- AL, POLAIRUD, dan DKP).
3. Pemeriksaan dan pelumasan gemuk (grease) winch, pada Warp dan bagian bagian yang sering bergerak di lumasi seperti roller,lack otter board, rantai dan lain – lain. Jaring diperiksa dan diperbaiki apabila terdapat kerusakan, pelampung diperiksa, pemberat diperiksa letak dan ikatannya dan benda – benda yang dapat merobek jaring disingkirkan ketempat yang aman.
4. Persiapan dan pemeriksan alat tangkap hal ini sangat penting karenamenghindari terjadinya hambatan – hanbatan saat operasi penangkapan.
b. Persiapan di Laut
Persiapan ini di lakukan pada saat kapal meninggalkan pelabuhan (Fishing Base) menuju daerah pengkapan (Fishing ground). Adapun persiapan yang perlu di perhatikan antara lain:
1. Membuka kedua Boom (rig) dan warp yang di pasang pada blok di ujung boom, kemudian ditahan menggunakan murbaut pada otter board, selanjutnya otter board di pindahkan keujung boom dengan bantuan winch.
2. Sebelum kapal sampai ke daerah penangkapan (Fishing Ground) maka jaring dikeluarkan dan dipasang serta disusun agar dapat mempermudah pada saat setting.
3. Membagi crew kapal dalam kelompok kerja (ship), setiap kelompok bekerja tiap 5 jam.
4. Menyiapkan meja penimbangan dan meja tempat pemotogan kepala udang.
5. Membersihkan geladak kapal, basket – basket, pang udang (owen) dan segala sesuatu yang menunjang kegiatan pengoperasian dan penyortiran (cakar) dan penanganan hasil tangkapan serta menyingkirkan benda – benda yang dapat menggangu pada saat operasi penangkapan.
2.Daerah Penangkapan
Suatu hal yang sangat penting sebelum melakukan operasi penangkapan adalah menentukan Fishing Ground, karena hal ini dapat mempermudah dan memperlanjar pengoperasian penangkapan sehingga dapat mengetahui daerah mana yang pertama kali akan dituju.
Adapun daerah penangkapan KM. Udang 38 selama penulis melaksanakan PKL.
a. Mimika : 040 05’ - 060 00’ LS
1320 40’- 1340 30’ BT
b. Peraiaran Aru : 050 30’ _ 060 00’ LS
1340 40’ – 1350 40’ BT
c. Perairan Digul :070 00’ - 080 10’ LS
1370 00’ -_ 1380 00’ BT
3 . Pengopersian Alat Tangkap
Dalam pengoperasian alat tangkap pukat udang dibedakan menjadi 3 bagian yaitu:
a. Setting
Pada saat setting atau penurunan jaring ada dua hal yang harus perlu di perhatikan yaitu:
1. Saat Jaring Berada Di Deck
Pertama yang di kerjakan adalah penurunan otter board kepuncak boom atauTop rigger. Pada puncak boom di pasang sebuah blok, saat penurunan otter board ini juga di bantu oleh Hoist atau derek untuk membantu menarik jaring.pada saat ini lazy line harus sudah terikat pada stoper. Setelah otter board turun ke air lalu di tarik warpnya oleh winch sehingga naik kearah boom (rig), kemudian stoper dilepas dan jaring di turunkan dengan sendirinya.
2. Saat Jaring di Air
Pada saat jaring di permukaan air dan siap diarea maka RPM (revolution per minute) kapal harus dinaikan untuk menghindari jaring masuk ke propeller serta terbukanya mulut jaring secara ideal dengan kecepatan Full Speed mencapai sekitar 1000- 1200 sehingga kecepatan kapal sekitar 5 – 7 knot. Setelah beberapa saat ada tanda bunyi bell atau lonceng berarti Warp segera diarea, panjang Warp sesuai yang diperintahkan oleh Nahkoda dengan patokan kedalaman perairan x 4. Setelah warp sudah diarea dengan patokan di atas maka winch di hentikan kecepatan kapal di kurangi yaitu sekitar 2,5 – 3 knot dengan RPM sekitar 900 -1100.
a. b
c
Gambar 24
keterangan
a. Jaring berada di ujung boom (top rigger)
b. Jaring diarea dari top rigger
c. Jaring berada diatas permukaan air laut
b. Towing
Towing adalah saat penariakan di dalam air laut untuk menangkap udang, lamanya towing berkisar antara 1,45 – 2 jam ini atas dasar pertimbangan menyangkut mutu dan kualitas hasil tangkapan. Lama waktu towing juga tidak mutlak sewaktu – waktu dapat berubah – ubah tergantung kondisi perairan dan keadaan daerah penangkapan. Towing juga dibantu dengan Try Net (Testo) dengan kurung waktu 30 – 35 menit. Kemudian baru diangkat untuk mengetahui ada tidaknya udang dalam suatu perairan yang sedang dioperasikan.
Selama towing yang harus diperhatikan adalah kecepatan kapal karena apabila terlalu lambat otter boardnya bisa tertanam didalam lumpur dan mulut jaring tidak akan terbuka secara sempurna, dan apabila terlalu cepat pun jaring akan melayang dan tidak sampai pada dasar perairan.
Kecepatan yang ideal pada saat towing adalah berkisar antara 2,5 – 3 knots namun pada saat tertentu bisa berubah, hal ini di pengaruhi kuatnya arus, keadaan perairan, dan perubahan haluan.
Pada saat towing hendakah memperhatikan kedalaman perairan pada Echsounder atau Fish Finder, dengan maksud apabila terjadinya perubahan bentuk dasar perairan atau kedalaman segera kita ambil tindakkan yang perlu minsalnya mengurangi atau menambah panjang warp yang diarea. Selama towing selalu ada perubahan haluan dan kapal putar ini biasanya apabila sudah diketahui bahwa pada daerah yang dilewati ternyata memiliki udang yang banyak. Kapal putar dengan lingkaran yang cukup besar dengan mempertimbangkan kondisi kapal, cuaca dan keadaan di sekitar kapal yang dapat menimbulkan bahaya.
Perlu diketahui bahwa sudut putar pada saat merubah haluan dengan kondisi jaring berada di bawah air sekitar 050 - 100 dengan melihat pada indikator kemudi. Sedangkan pada saat jaring berada di permukaan air sudut putar sekitar 200 - 250.
c. Hauling
Hauling adalah proses pengangkatan alat tangkap dari dasar perairan ke geladak kapal untuk diambil hasilnya. Proses hauling merupakan proses akhir dalam suatu operasi penagkapan
Apabila Nahkoda atau perwira jaga membunyikan bel atau dengan komando “ Stand By” pada pengeras suara, maka semua ABK yang berjaga pada saat itu bersiap – siap pada posisinya masing – masing, setelah itu RPM diturunkan menjadi 700. Dua orang menjaga pada winch untuk siap di hibob, kemudian warp mulai ditarik dengan winch. Begitu otter board muncul di permukaan air, seorang yang bertugas untuk melempar ganco untuk menggait tali lazy line kemudian di kaitkan dengan tali otter rope penarikan lazy line ini ditarik menggunakan winch.dapat diberhentikan apabila Belly line sudah bisa di kaitkan dengan stopper untuk menahan kantong jaring, bila sudah dalam keadaan demikian maka kantong jaring akan terangkat mendekati buritan kapal sehingga dengan mudah diikatan dengan tali strope, kemudian tali strope ini dikaitkan dengan sebuah Hook katrol yang ditarik dengan bantuan winch. Dengan demikian kantong jaring dapat dengan mudah diangkat ke geladak kapal, setelah itu tali pengikat kantong dibuka sehingga hasil tangkapan tercurah di geladak kapal.
Setelah hasil tangkapan semuanya tercurah lalu kantong jaring diikatkan kembali, stopper dilepas sehingga jaring terbuang lagi kelaut dengan kecepatan kapal di tambah agar jaring dengan mudah jatuh, serta tidak masuk propeller,ini merupakan kegiatan akhir dari Hauling dan kemudian dilakukan pemisahan atau sortir.
Penjelasan atau urutan hauling dapat dilihat pada gambar:
a. b.
c. d.
c d
e. f.
g. h.
Gambar: 25
keterangan
a. Persiapan menggait lazy line
b. Pelemparan untuk menggait lazy line
c. Penarikan lazy line
d. Penggulungan lazy line menggunakan winch
e. Pengangkatan jaring (cod end)
f. Pembukaan kantong jaring
g. Pengikatan kantong jaring
h. Pencakaran (Sortir)
4. Hasil Tangkapan
Udang merupakan hasil tangkapan utama dalam hasil tangkapan ini, namun banyaj juga jenis ikan yang tertangkap dan jenis – jenis hasil laut sebagai hasil tangkapan sampinga.
Adapun jenis hasil tangkapan udang dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2 hasil tangkapan udang
N0 Nama Lokal Nama Perdagangan Nama Ilmiah
1 Udang Bago Tiger Prawn Peneaus semisulcatus
2 Udang windu Black Tiger Peneaus monodon
3 Udang Putih Banana Prawn Peneaus merguensis
4 Udang Dogol Endeavour prawn Metapeneaus monoceros
5 Udang Raja King Prawn Peneaus lattisulcatus
6 Udang Belang Shim Prawn Parapeneaus sculptilis
7 Udang Barong Lobster Panulirus versicolor
8 Kipas - Kipas Uchiwa Thenus orientalis
Dari sekian udang yang tertangkap yang paling dominana adalah mempunyai niali jual dengan harga tinggi di pasaran adalah: Tiger Prawn, Black Tiger Prawn,Banan Prawn dan Endeavour, sedangkan jenis lain masih belum mempunyai harga jual yang cukup tinggi di pasaran.
5.Penanganan Hasil Tangkapan diatas Kapal
Setelah hasil tangkapan tercurah di deck kapal kemudian dilakukan pemisahan antara udang dan hasil tangkapan lainnya,kemudian dilakukan penanganan guna menjaga mutu hasil tangkapan agar tetap segar.
Beberap hal yang menjadi pertimbangan dalam penganan hasil tangkapan udang diatas kapal:
a. Lama pelayaran bagi penangkapan udang haruslah ditentukan dengan persedian fasilitas di kapal bagi penanganan dan penyimpanan udang yang akan dibekukan dengan baik ,jarak dari pabrik dan pengolahaan atau pasar dan keadaan lingkungan setempat.
b. Waktu penarikan jaring harus singkat agar diperoleh mutu udang yang lebih baikdan waktu yang cukup bagi ABK untuk menanganani. Hasil tangkapan secara baik .kalau waktu penarikan atau towing terlalu lama maka mutu udang akan rendah di pengaruhi oleh hasil tangkapan, lumpur dan lain- lain yang tertekan, sehingga udang memiliki kadar bakteri yang tinggi,cepat menurun mutunya dan rusak.
Setelah hasil tangkapan tercurah diatas geladak (deck) kemudian dilakukan pemisahan antara udang dan ikan serta kotoran lainnya,kemudian dilakukan penanganan guna menjaga menjaga mutu hasil tangkapan. Pekerjaan ini dilakukan secepat mungkin dan selalu menjaga mutu dan kebersihan hasil tangkapan. Penanganan yang di lakukan di KM. Udang 38 adalah sebagai berikut:
a. Tahap penyortiran
kegiatan ini yaitu memisahkan udang dari hasil tangkapan serta sampah yng ikut terbawah dalam istilah dikapal sortir adalah cakar, udang yang pertama sekali yang dicakar serta di pilih adalah udang jenis Udang Tiger, dan dimasukan kedalam basket yang berisi air dan es dengan suhu air tersebut adalah +4 , selanjutnya udang yang ada dalam basket dicuci dengan air laut, langsung dibawah kemeja size (meja Potong).kemudian untuk udang jenis tiger yang sudah ada dimeja size, disize menurut ukurannya, dipisahkan dalam basket kecil (baskom) yang dilakukanoleh Serang (Boastman). Untuk para pekerjaan yang lain melakukan sortir atau cakar kembali dengan memisahkan jenis udang yang satu dengan yang lain
Gambar 26 Penyortiran udang (Cakar)
b.Tahap Pemotongan Kepala
Pada meja pemotongan kepala udang dipisahkan menjadi dua bagian yaitu jenis tanpa kepala (Head Less) dan jenis yang mengunakan kepala (Head On). Pemotongan kepala udang dilakukan untuk jenis tertentu seperti Tiger, Banana,(Soft), Endeavour, krosok, sedangkan jenis Black Tiger tidak melakukan pemotongan. Pemotongan kepala udang dilakukan menurut jenis dan ukurannya setelah itu dimasukan kedalam basket- basket kecil, kemudian dicuci dengan air laut agar udang tetap bersih serta terhindar dari kotoran dan sampah yang tersisa setelh itu baru dilakukan penimbangan.
Gambar 27 Pemotongan Kepala Udang dan Size
c.Tahap Penimbangan
Udang yang telah dipotong kepala nya maupun udang size dimasukan kedalam basket kecil. Untuk yang tidak mengalami pemotongan kepal di timbang dengan kapasits 1,5 Kg dan ditata dengan ukuran sizenya (Head On) dan jenis udang yang mengalami pemotongan kepala (Head Less) yang rusak,(Soft, Broken dan Mix Broken) ditimbang dengan kapasitas 2,0 Kg.apabila sudah dibersihkan maka dimasukan Inner Carton yang sebelumnya diberi label sesuai dengan jenis dan ukuran udang, nomor dan nama kapal,serta berat bersih dan tangga,bulan, dan tahun pengepakan. Udang Head Less setiap Inner Carton berat jenis 2,0 Kg dan Head On 1,5 Kg.
Sistem pentuan size pada PT WIFI hampir sama dengan perusahan yang lain tergantung negara tujua ekspor namun pada umumya memiliki negara tujuan yang sama. Adapun penentuan size seperti tertera pada tabel berikut.
Tabel 3 penentuan size udang
No Head
less
size Jumlah ekor/ Inner Berat/ekor Head On size Jmlh ekor/
Inner Berat/ekor (gram)
Min Rata- Rata Max
1 U-20 1 44 88 8
2 21-40 89 133 179 30-35 9 9 165
3 41-70 177 243 308 16-19 11 11 166
4 71-up 309 485 661 13 13 125
5 11-15 48 57 66 50-75 15 15 100
6 16-20 67 78 88 36-49 18 18 83.3
7 21-25 89 100 110 30-35 20 20 75
8 26-30 111 122 132 25-29 25 25 60
9 31-40 133 155 176 20-24 30 30 50
10 41-50 177 199 220 16-19 35 35 429
11 51-70 221 265 308 11-15 40 40 37,5
12 71-100 309 375 440 7-10 45 45 33,3
13 101-up 441 551 661 6 50 50 33,3
14 Soft-L 1 45 88 55 55 27,3
15 Soft-M 89 133 16 65 65 23,1
16 Soft-S 177 243 308 75 75 20
17 Soft-SS 309 485 661 90 90
d.Tahap pengemasan dan pembekuan
Udang yang telah di timbang dan dicuci,disusun dalam inner carton yang didalamnya dialasi plastik agar produk akhir tampak rapi. Udang yang tersusun rapi dalam inner carton diberi air tawar, lalu ditutup rapat agar air tawar tidak keluar. Udang yang telah dikemas dalam inner lalau diletakan dalam pan yang terbuat dari alumenium setiap pan berisi 4 inner carton. Udang – udang yang telah dimasukkan kedalam pan – pan tersebut dimasukkan kedalam ruang pembekuan ( Freezer). Sistim yang digunakan adalah sistim hembus udara dingin (air blast system) dengan menggunakan refrigran freon R 22. Suhu yang dicapai – 270 C , pan – pan tersebut disusun pada rak secara teratur kemudian dibekukan selama 3 – 4 jam
Gambar 28 pengisian air tawar dan inner carton dalan pan.
e.Tahap pengepakan
pada tahap ini inner inner yang telah dibekukan dan langsung di banting untuk mengeluarkan inner – inner dari dalam pan, lalu dimasukkan kedalam master carton yang sebelumnya sudah diberi kode tentang jenis, ukuran (size) udang ,tanggal bulan , tahun serta nama kapal yang memproduksinya.
Setiap master carton berisi enem inner carton udang dengan ukuran dan jenis yang sama, dengan demikian setiap master carton berisi 9 Kg (Head on) dan 12 Kg (Head less) setiap master carton di packing menggunakan bandroll masing – masing kemudian dimasukan kedalam palka yang suhunya – 300C sampai – 40 0C. Master carton tersebut disusun dengan rapih agar tidak menggangu stabilitas kapal.
C. Pembahasan
Dalam hal ini penulis akan membahas sifat – sifat oseanografi daerah penangkapan pukat udang yaitu menyangkut:
a. Keadaan dasar dan kedalaman perairan
b. Arus, angin dan gelombang
c. Pasang surut air laut
d. Temperatur air laut dan kecerahan perairan
Selain itu penulis membahas bagaimana pengoperasian alat tangkap pukat udang di tiap daerah penangkapan karena adanya perbedaan sifat – sifat oseanografi tersebut,juga membahas bagaimana pengaruh sinar matahari terhadap penyebaran udang, ini disebabkan karena betapa eratnya kaitan antara temperatur dan penyinaran terhadap penyebaran udang.
a. Sifat- sifat Oseanografi Daerah Penangkapan Pukat Udang.
Daerah penangkapan pukat udang mempunyai sifat – sifat oseanografi yang berbeda beda antara daerah yang satu dengan daerah yang lainnya dan ada juga yang mepunyai persamaan. Kalau dilihat dalam hal – hal tertentu misalnya: keadaan dasar dan kedalaman perairaan, kecerahaan perairan juga faktor cuaca dan faktor lingkungan perairan.
Untuk daerah pengkapan KM.Udang 38 yang penulis ikuti ditemui daerah penangkapan yang memiliki daerah penangkapan seperti terurai diatas. Daerah tersebut dapat dikelompokan dalam dua daerah penangkapan yaitu:
1. Kelompok Daerah Penangkapan Pantai Barat Irian Jaya
kelompok daerah penangkapan ini meliputi daerah penangkapan di perairan sele, bintuni, kaimana dan mimika derah penangkapan ini merupakan satu pantai yang panjang sehingga keadaan dan lingkungan serta sifat – sifat oseanografinya hampir sama.
a. Keadaan Dasar dan Kedalaman Perairan
Didaerah ini dasar perairannya hampir sama semuanya berupa Lumpur yang lembek dan tebal serta bercampur sampah potongan kayu kecil dan daun – daun karena sepanjang pantai ini terdapat muara sungai yang membawa sampah dari dalam hutan dan air sungainya berwarna keruh, kecuali untuk daerah kaimana dan bintuni perairannya agak jernih dan dasar perairannya bercampur dengan pasir.
Selain kandungan dasar perairannya, daerah ini mempunyai dasar perairan yang landai serta rata sehingga mempermudah dalam pengoperasian alat tangkap. pada umumnya kedalaman perairan ini tidak terlalu dalam yaitu berkisar antara 15 – 20 meter sehingga panjang warp yang diarea akan lebih pendek akan tetapi disesuaikan dengan kedalaman yang terbaca dalam Echosounder dan Fish Finder.
b. Arus, Gelombang dan Angin
Arus pada daerah sepanjang pantai barat daya irian jaya rata – rat tidak terlalu besar yaitu sekitar 0,8 knot – 1,5 knots. Hal ini sangat baik untuk daerah penangkapan udang yang bersifat bergerombol dan bergerak diatas dasar perairan, Apabila arus terlalu kuat ini akan mengakibatkan udang yang bergerombol akan menyebar terbawa arus , sehingga akan jarang yang tertangkap. pada saat penulis melaksanakan pratek kerja lapangan khususnya pada KM. udang 38 gelombang dan angin di daerah ini tidak begitu besar, untuk gelombang tergantung pada musiman yaitu pada bulan September sampai Maret berkisar antara o,5 meter sampai 1 meter namun pada bulan April sampai Agustus tinggi gelombang berkisar antara 3 meter sampai 4 meter. Pada saat ini hujan dan angin bertiup kencang. Antara angin dan terjadinya gelombang ini merupakan satu kesatuan, sebab biasanya kalau angin bertiup dengan tekanan yang besar maka gelombangpun akan besar sesuai dengan kekuatan angin tersebut. Akibat dari terjadinya gelombang maka akan timbul arus yang kuat dan bisa menimbulkan penyebaran udang, sehingga pada saat arus tidak kuat maka udang akan kembali bergerombol,dan pada saat inilah akan lebih menguntungkan untuk dilakukan operasi penangkapan.
c. Pasang Surut Air Laut
pasang surut air laut sangat besar pengaruhnya terhadap udang, terutama yang mempunyai sifat bergerombol. Hal ini juga berkaitan erat dengan terjadinya arus yang ditimbulkan oleh adanya pasang surut tadi yaitu adanya gerakan naik turunnya air laut akibat adanya gaya tari benda – benda angkasa terutama Bulan dan Matahari (Grafitasi Bulan)
pada saat air laut pasang, yang terjadi secara periodik maka akan timbul gerakan air yang umumnya akan timbul gerakan gelombang. Gerakan – gerakan air ini akan berjalan kesuatu derah tertentu, hal ini tergaantung pada kedalaman perairan tersebut dan pembatasan daerah tersebut. Akibat adanya gerakan air atau arus ini baik ketika pasang maupun pada saat surut akan mengakibatkan udang – udang terbawah arus itu sehingga udang yang tertangkap sangat sedikit sekali, tetapi pada saat air laut mencapai pasang yang tertinggi dan surut yang terendah maka arus tidak akan terlalu kuat dan pada saat inilah udang – udang akan bergerombol kembali. Udang -udang yang memiliki sifat bergerombol diantaranya: Banana. Endeavour, dan Shima Prawn.
Untuk mengetahui terjadinya pasang surut serta arus yang ditimbulkannya maka dapat dilihat pada didaftar arus pasang surut yang diterbitkan oleh Jawatan Hydro Oseanografi Angkatan Laut yang diterbitkan setiap tahun.
d. Temperatur dan Kecerahaan Perairan
Didaerah ini temperatur perairannya agak rendah, hal ini disebabkan banyaknya percampuran dengan air sungai, yaitu berkisar antara 23 – 270 C hal ini menyebabkan udang banyak tertangkap pada siang hari, karena pada siang hari temperatur agak naik akibat penyinaran matahari, sedangkan pada malam hari yang tertangkap hanya jenis udang Endeavour (Metpenaeus mononoceros) dan udang – udang kecil. Tinggi rendahnya temperatur tergantung dari banyak atau tidaknya air laut menerima sinar matahari, pada cuaca yang cerah udang banyak tertangkap pada pagi haridan sore hari sedangkan pada siang hari sangat berkurang. Hal ni disebabkan plankton – plankton akan menempati perairan yang paling dalam dan udang – udang akan mencari makanan lebih kedalam perairan.
Pada malam hari temperatur akan menurun tetapi pada saat bulan terang plankton – plankton akan menuju kepermukaan air sehingga pada malam hari udang – udang akan mencari makanan lebih kedaerah pantai. Sinar bulan mempunyai intensitas yang rendah karena berupa sinar pantulan dari matahari yang menyebabkan plankton – plankton.
Untuk kecerahan perairan di daerah ini memang agak berkurang dikarenakandi sepanjang pantai Barat Daya Irian Jaya banyak terdapat muara –muara sungi yang banyak membawa air keruh, kecuali untuk perairan teluk Bintuni dan Kaimana di daerah ini perairannya agak jernih. Kecerahan perairan ini akan berpengaruh terhadap warna udang yang hidup diperairan yang agak keruh tidak secerah dengan udang yan hidup diperairan yang airnya jernih.
e. Cara Pengoperasian Alat Tangkap
Sifat udang di daerah ini bergerombol dan bergerak melayang di atas permukaan air, jenis udang yang dominan tertangkap di daerah ini adalh udang Banana Panaeus Marguensis, (Endeavour) Meta penaeus monoceros, (Shima prawn) Parapenaus sculptilis, (Black tiger) Panaeus monodon dan (Uchiwa) Thenus orientalis, dan udang-udang lain yang jumlahnya sedikit.
Sesuai dengan sifat yang di miliki oleh udang hidup di daerah ini, maka pengoperasian alat tangkapany pun harus disesuaikan yaitu antara lain :
1. Pada kapal KM. udang 38 menggunakan 9 buah pelampung yang berdiameter 200 mm 180 mm yang panjang Head rope 22,5 m dan pemberat di kurangi sedemikian rupa sehingga pukat udang lebih ringan dan agak melayang .
2. Kecepatan kapal padda waktu towing berkisar antara 2,5-3 knot.
3. Warp (wire rope) yang diarea lebih pendek tetapi disesuaikan dengan kedalaman untuk menghindari tertancapnya otter board dalam Lumpur. Dengan cara ini pukat udang akan lebih tinggi dan melayang diatas dasar perairan pada saat dioperasikan.
2. Kelompok Daerah Penangkapan Kepulauan Aru
Yang termasuk daerah penangkapan ikan di kespulauan aru yaitu meliputi, Daerah batu goyang.. penambulai,barakan , dan aru tengah.. Daerah-daerah ini mempunyai sifat oceanogafi yang hampir sama. Jadi untuk pembahasanya di jadikan satu kelompok.
Untuk lebih mengetahui sifat-sifat oceanografi daerah penangkapan tersebut berikut ini diuraikan pengamatan yang mengangkut hal-hal sebagai berikut :
a) Keadaan Dasar dan kedalaman Perairan.
Daerah penangkapan kepulauan Aru mempunyai dasar perairan yang berpasir dan berlumpur keras. Untuk daerah batu Goyang Aru Tengah, selain berpasir dan berlumpur juga terdapat gunung karang, untuk itu peta laut untuk daerah penangkapan. Daerah tersebut sangatlah penting untuk mengatahui daerah – daerqah mana yang aman dan dapat dioperasikannya alat tangkap.
Untuk kedalaman daerah – daerah pengkapan tersebut hampir sama yaaitu antara 10 sampai 30 meter, sedangkan untuk hasil tangkapan didaerah ini cukup banyak terutama antara jenis Tiger ( Panaeus semisulcatus) selain itu juga jenis udang Banana ( Panaeus merguensis). Untuk mengetahui topografi dan kedalaman perairan selain peta juga digunakan fish finder.
b) Arus, Gelombang dan Angin
Keberadaan arus gelombang dan angina diperairan manapun terhadap kehidiupan udang sebagai mana yang telah diuraikan untuk kelompok perairan sepanjang pantai barat daya Irian jaya tetapi keadaanya tidak tetap, sehingga agak sulit mengamatinya. Untuk daerah Aru penangkapan akan lebih banyak dilakukan pada musim barat yati bulan septembar hingga Maret pada bulan ini udang banyak ini dimungkin terutama untuk Aru Timur ombak akan terhalang oleh pulau-pulau yang berada di sekitarnya sehingga arus tidak terlalu kuat berkisar antara 1,0 sampai 1,5 knot sedangkan pada musim Timur yaitu pada bulan April sampai Agustus arus berkisar antara 1,5 sampai 2,5 knot serta tinggi gelombang 3 sampai 4 meter hal ini pengaruhi oleh cuaca dan curah hujan yang semakin banyak
c) Pasang Surut Air Laut
Pasang surut sangat mem,pengaruhi terhadap hasil tangkapamn dalam hal ini adalah udang sebagai hasil tangkap utama. Pasang surut akan menimbulkan arus dan waktu terjadinya ini dapat dilihat di daftar pasang surut dan daftar arusnya, dengan sering mempelajari buku tersebut dapat di temui ramalan pasang surut pada suatu daerah itu tentunya ini di ketahui bila sering mengadakan penangkapan pada daerah tersebut sehingga mengetahui perkiraan perpindahan gerombolan udang. Untuk jenis udang Banana (Panaeus marguensis) hasil tangkapan akan lebih banyak pada pergantian pasang surut karena pada saat ini arus tidak terlalu kuat, sedangkan untuk tiger Panaeus semisulcatus)banyak terdapat pada malam hari terutama ketika terang bulan akan bargerak di perairan dekat pantai dan ketika surut akan kembali lagi keperairan hal ni berhubungan kehidupa pelanton sebagai sumber makanandang.. pada daerah timur Aru Timur jenis udang yang dominan tertangkap adalah Teger.
d) Temperatur dan Kecerahan Perairan
Temperatur air Laut sangat mempengaruhi terhadap kehiduan udang yaitu : sebagai perasang saraf, pengubah proses metabolisme, dan mengubah pergerakan badan kerena itu udang akan mencari suhu atau temperature yang sesuai untuk keidupanya.temperatur yang cocok yaitu berkisar antara 27 º C sampai 30ºC.
Kecerahan perairan di daerah Aru cukup jernih karena disi jarang terdapat muara sungai sehingga warna dari paa udang cukup jernih dan bersih selain itu juga di pengaruhi dasar perairan yang berpasir serta pasir berlumpur.
e) Cara Pengoperasian Alat Tangkap.
Sifat dan keberadan udang sangat mempengaruhi terhadap cara pengoperasian alat tangkap pukat, untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Di Aru kebanyakan udang tiger dan Endeavor.udang ini mempunyai sifat-sifat sebagai berikut .
a. Menyebar pada dasar laut
b. Bergerak menempel di dasar laut
c. Berlindung pada lubang-lubang di dasar laut
d. Bergerak cepat
Untuk menyusuaikan antara sifat yang dimiliki udang tersebut dan alat tangkap yang dioperasikan agar hasil tangkapan semaksimal mungkin, adapun cara yang dilakukan untuk alat tangkap yaitu sebagai berikut :
a. Pukat udang di buat berat dengan mengurangi pelampung dan menambah rangkaian rantai pembarat
b. Warp yang diarea selama towing diperpanjangkan tetapi disesuaikan dengan kedalaman yang terbaca pada Fish finder dan Ecohsounder, yaitu kecepatan kapal di tambah yaitu kurang lebih 3 knot.
f). Pengaruh Sinar Terhadap Penyebaran Udang
Pengaruh sinar matahari maupun Bulan sangat besar terhadap penyebaran udang hal ini berkaitan dengan kehidupan plankton sebagai suber makanan. Pada siang hari saat cuaca cerah Matahari akan bersinar terang, kalau dilihat dari sifatnya sinar Matahari mempunyai intensitas yang tinggi. Hal ini menyebabkan plakton akan menempati perairan yang lebih dalam maka udang untuk mencari makanan akan mengejar plankton sebagai sumber makanannya.
Adapun hasil tangkapan kalau dilihat dari waktu penyinari matahari pada pagi hari antara jam 06.00 sampai jam 10.00 dan sore hari antara jam14.00 sampai jam 18.00 akan lebih banyak bila dibandingakan dengan siang hari antara jam 10.00 sampai 14.00.
Selain sinar matahari pengaruh sinar bulan sangat berperan tetapi sinar bulan mempunyai intensitas cahaya yang rendah karena bulan tidak memancarkan sinar secara lansung tetapi merupakan pantulan dari sinar matahari sehingga plankton mendekati permukaan perairan maka udang akan mencari makanan kepermukaan perairan terutama pada daerah pantai. Tetapi meskipun menurut perkiraan dan pengamatan demikian akan tetapi populasi udang sangat dipengaruhi oleh perubahan alam atau lingkungan alam sehingga hasil tangkapan berubah-ubah dari tahun-ketahun.
b. Pengaruh Sifat-sifat Oseanografi Terrhadap Hasil Tangkapan.
Dari hasil pengamatan bahwa secara umum udang banyak pada kedalaman antara 10 sampai 30 meter dengan dasar perairan berlumpur serta pasir berlumpur, arah angina Timur laut, pada cuaca dengan intensitas matahari tidak kuat, dengan suhu permukaan air laut berkisar antara 28ºC samapai 29ºC dan hasil tangkapan yang di peroleh selama satu hari sebanyak 398 kg jenis udang yang paling dominan adalah jenis Endeavour ( Metapenaeus Monoceros) 34,2%, jenis Banana (Penaeus Mergeunsis) 62 %, Tiger (Panaeus Monodon ) 1,5 % dan jenis lain 2 %.
Tabel 4 presentase hasil tangkapan udang KM. Udang 38
Sedangkan kalau dilihat waktu penangkapan hasil penangkapan pada siang hari antara jam 06.00 sampai 10.00 hasil lebih banyak yaitu mencapai 289,5kg(38 %) sedangkan antara jam 10.00 sampai jam 14.00 mencapai 243,5kg (33 % ) dan pada sore hari jam 14.00 sampai 18.00 mencapai 219,5 kg (29 %) . Untuk penangkapan udang pada siang hari hasilnya lebih banyak yaitu 762,5 kg (59,2 % dibandingkan penangkapan pada malam hari yaitu mencapai 525 kg ( 40,8 %)
Tabel 5 jumlah hasil tangkapan berdasar waktu pengoperasian
Dengan melihat hasil tangkapan yang didapat udang banyak tertangkap pada daerah penangkapan yang memiliki kecepatan arus yang tidak begitu besar yaitu berkisar antara o,5 knot sampai 1.5 knot.
BAB IV
PENUTUP
SIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN
1. Penentuan daerah penangkapan dengan mengetahui sifat-sifat oseonografi, sangat berperan terhadap keberhasilan operasi penangkapan, khsusnya pukat udang, dengan mengetahui sifat-sifat oseonografi daerah penangkapan tersebut, dapat diambil beberapa keuntungan antara lain:
a. Tujuan tempat operasi penangkapan akan lebih terarah.
b. Waktu akan efisien dalam mencari daerah penangkapan.
c. Harapan untuk berhasil dalam oprasi penengkapan akan lebih besar.
d. Lebih ekonomi dalam menghemat BBM dan perbekalan karena daerah penangkapan yang dituju lebih pasti.
2. Sifat- sifat oseonografi yang dapat dijadikan parameter untuk menentukan daerah penangkapan pukat udang:
a. Keadaan dasar dan kedalaman perairan.
b. Arus elombang dan angin.
c. Paang surut air laut.
d. Temperatur dan kecerahan perairan.
3. Dari hasil pengamatan bahwa udang banyak tertangkap pada :
a. Temperatur antara 280C-290C.
b. Kecepatan arus permukaan 1-1,5 knot.
c. Dasar perairan yang berlumpur.
d. Cuaca yang intensitas sinar mataharinya yang rendah.
B. SARAN
Populasi udang dipengaruhi oleh alam dan lingkungan disekitarnya yang senantiasa berubah dari tahun ketahun sehingga hasil tangkapannya pun dari tahun ketahun cenderung menurun, ini dikarenakan juga semakin banyak kapal yang melakukan penangkapan, untuk itu kesadaran akan kelestarian sumber daya alam perlu lebih diupayakan, tetapi meningkatkan produki perikanan dengan teknik dan taktik dalam pengopersian dan pencarian daerah penangkapan perlu ditingkatkan jangan hanya mengandalakan pengalaman saja, ini sebagai tantangan bagi dunia perikanan khususnya produsen udang.
Untuk meningkatkan produksi perikanan alangkah baiknya apabila diadakan semacam training atau kursus bagi perwira kapal dan ABK , sehingga menambah wawasan dan ilmu dalam hal penangkapan dan penanganan hasil tangkapan, karena selama ini masih adanya kelalaian-kelalaian dalam hal- hal tertentu misalnya , kesalahan memasukan udang ke dalam inner carton yang labelnya berbeda dengan jenis udang yang dimasukkan, adanya blak spoot pada udang yang dipak sehingga akan menjatuhkan mutu udang dan menjadi teguran bagi konsumen.
Dalam melakukan operasi penangkapan sebaikanya memperhatikan kondisi dan cuaca yang dimiliki oleh daerah penangkapan pada suatu perairan, dioperasikan pada daerah yang landai yang memiliki dasar perairan yang lunak terdiri dari pasir, limpur dan pasir berlumpur serta bebas dari benda – benda kasar (karang keras dan bangkai kapal karam)
sifat-sifat oceanografi daerah penangkapan udang